REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2024 terjadi inflasi sebesar 0,37 persen secara bulanan. Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengungkapkan angka tersebut menunjukan terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 105,19 pada Januari 2024 menjadi 105,58 pada Februari 2024.
"Tingkat inflasi bulanan Februari 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," kata Habibullah dalam konferensi pers, Jumat (1/3/2024).
Sementara itu, secara tahunan pada Februari 2024 terjadi inflasi sebesar 2,75 persen. Lalu secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 0,41 persen.
Habibullah menegaskan, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,00 persen. Kelompok pengeluaran tersebut memiliki andil inflasi 0,29 persen.
Dia merinci, komoditas penyumbang inflasi adalah beras dengan andil sebesar 0,21 persen. Lalu selanjutnya cabai merah dengan adil inflasi sebesar 0,09 persen, telur ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen, dan komoditas daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen.
Lalu penyumbang utama inflasi Februari 2024 secara tahunan adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 1,79 persen. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok tersebut yakni beras, cabai merah, daging ayam ras, sigaret kretek mesin (SKM), tomat, dan bawang putih.
BPS juga mencatat, komoditas yang memberikan andil deflasi adalah bawang merah dengan andil deflasi sebesar 0,04 persen. Lalu juga tomat dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen, serta cabai rawit dengan adil deflasi sebesar 0,02 persen.
Habibullah menambahkan sebaran inflasi bulanan menurut wilayah terjadi di 26 dari 38 Provinsi Indonesia mengalami inflasi. Sedangkan 12 provinsi lainnya mengalami deflasi.
"Inflasi tertinggi sebesar 1,17 persen terjadi di Provinsi Sumatra Barat. Sementara deflasi terdalam terjadi di Provinsi Maluku sebesar 1,19 persen," tutur Habibullah.