Sabtu 06 Dec 2025 19:15 WIB

Bencana di Sumatera Berpotensi Tekan Pertumbuhan Ekonomi, Ini Analisis Ekonom

Data BPS juga menunjukkan besarnya porsi ekonomi ketiga daerah tersebut.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja mengoperasikan alat berat dalam penanganan jalan putus akibat banjir bandang di kawasan Mega Mendung, Lembah Anai, Tanah Datar, Sumatera Barat, Kamis (4/12/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Pekerja mengoperasikan alat berat dalam penanganan jalan putus akibat banjir bandang di kawasan Mega Mendung, Lembah Anai, Tanah Datar, Sumatera Barat, Kamis (4/12/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat diperkirakan menahan laju ekonomi nasional pada kuartal IV 2025. Tiga provinsi ini selama ini memiliki peran nyata dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ekonom Universitas Hasanuddin, Muhammad Syarkawi Rauf, menjelaskan, berdasarkan perhitungan data BPS secara tahunan (year on year), kontribusi Aceh, Sumut, dan Sumbar pada kuartal I sampai kuartal III 2025 berada pada kisaran 0,323–0,348 poin dari total pertumbuhan nasional 4,87–5,12 persen.

Baca Juga

“Misalnya pada kuartal III 2025, ketika ekonomi nasional tumbuh 5,04 persen, kontribusi tiga provinsi itu sekitar 0,323 poin,” kata Syarkawi dalam pesan singkat kepada wartawan, Sabtu (6/12/2025).

Data BPS juga menunjukkan besarnya porsi ekonomi ketiga daerah tersebut dalam struktur nasional. Pada 2024, Sumut menyumbang sekitar 5,21 persen PDRB terhadap PDB nasional, Aceh 1,10 persen, dan Sumbar 1,51 persen. Jika digabung, pangsanya mendekati 8 persen dari ekonomi Indonesia.

Secara nilai, PDRB 2024 ketiga provinsi ini juga besar. PDRB Sumut tercatat Rp 1.146.919,76 miliar, Sumbar Rp 332.936,44 miliar, dan Aceh Rp 243.202,09 miliar. Karena itu, pelemahan di tiga daerah ini bisa cepat terasa pada ekonomi nasional.

Syarkawi memperkirakan, jika akibat bencana ekonomi Aceh, Sumut, dan Sumbar turun 30 persen pada kuartal IV, pertumbuhan ekonomi nasional bisa turun sekitar 0,1 persen. Jika penurunannya mencapai 50 persen, dampak ke nasional bisa menembus 0,2 persen.

Namun, ia menegaskan, hitungan itu belum memasukkan efek rambatan ke provinsi lain. “Sumut ini simpul dagang Sumatera. Kalau terganggu, dampaknya bisa menyebar ke daerah sekitar,” ujarnya. Dengan asumsi kondisi lain tetap, tekanan ke nasional bisa lebih besar bila kontraksi makin dalam.

Ia juga mengingatkan kontribusi Pulau Sumatera terhadap perekonomian nasional tidak kecil, sekitar 25 persen. “Kalau Sumatera melemah karena bencana, kontribusinya ke pertumbuhan nasional juga turun signifikan, apalagi tiga provinsi ini termasuk penggerak ekonomi utama di Sumatera,” katanya.

Pemerintah mengakui pertumbuhan ekonomi di daerah terdampak akan melambat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan pemerintah menyiapkan program pemulihan.

“Kami prihatin dengan situasi yang ada. Akan ada program rehabilitasi dan perbaikan infrastruktur ke depan,” kata Airlangga di Jakarta, Kamis.

Ia juga menegaskan, penurunan pertumbuhan di daerah bencana sulit dihindari. Pemerintah, lanjut dia, menyiapkan relaksasi bagi dunia usaha terdampak, terutama UMKM. “Regulasi relaksasinya sudah ada dan bisa berlaku otomatis. Termasuk restrukturisasi serta penghapusan kredit macet,” ujarnya.

Syarkawi menambahkan, kontribusi Sumatera pada kuartal III 2025 sekitar 1,225 poin terhadap pertumbuhan nasional, dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera 4,9 persen. Karena itu, mengejar pertumbuhan lebih tinggi pada kuartal IV dipandang berat di tengah bencana.

“Untuk membuat kontribusi Sumatera naik, pertumbuhannya harus di atas 4,9 persen. Dalam kondisi bencana seperti sekarang, itu hampir mustahil,” katanya.

Konsekuensinya, beban mengejar target nasional akan lebih banyak bertumpu pada Jawa, yang menyumbang sekitar 55 persen perekonomian nasional. Sementara kontribusi Sulawesi hanya sekitar 0,42 poin sehingga relatif kecil sebagai pengungkit dalam situasi krisis.

Dari sisi target, ekonom UGM Denni Puspa Purbasari mengingatkan pemerintah memasang target pertumbuhan 2025 sebesar 5,3 persen. Dengan capaian kuartal I–III (4,87 persen; 5,12 persen; 5,04 persen), maka kuartal IV perlu tumbuh sekitar 5,6 persen agar target itu tercapai.

Namun, Denni menilai bencana di Sumatera membuat banyak agenda ekonomi sulit berjalan normal. Ia menutup dengan catatan kritis tekanan di akhir tahun bisa membuat target sulit tercapai.

"Masalahnya, bencana Sumatera ini kan bikin MBG dan proyek kejar tayang tidak bisa dieksekusi. Natal dan Tahun Baru tidak lagi sebagai festival. Prihatin," ujarnya.

Dengan pangsa mendekati 8 persen PDB nasional dan nilai ekonomi ratusan triliun rupiah, perlambatan di Aceh, Sumut, dan Sumbar bukan sekadar persoalan daerah. Bila pemulihan berjalan lambat, pertumbuhan kuartal IV nasional berpotensi tertahan dan target ekonomi 2025 makin berat dikejar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement