REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatatkan data Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mengalami peningkatan pada kuartal III 2025. Tercatat, kewajiban neto pada akhir kuartal III 2025 sebesar 262,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 244,5 miliar dolar AS.
"Peningkatan kewajiban neto tersebut bersumber dari kenaikan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN)," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Senin (8/12/2025).
Denny menerangkan, posisi AFLN Indonesia naik terutama karena valuasi harga pasar pada beberapa negara penempatan aset yang meningkat. Posisi AFLN pada akhir kuartal III 2025 tercatat sebesar 541,1 miliar dolar AS, naik 0,7 persen secara kuartalan (qtq), dari 537,3 miliar dolar AS pada kuartal II 2025.
"Peningkatan posisi AFLN dipengaruhi oleh kenaikan harga emas, harga saham global, dan harga aset pada beberapa negara penempatan aset," terangnya.
Adapun, posisi KFLN Indonesia meningkat terutama dipengaruhi oleh peningkatan posisi investasi langsung dan investasi portofolio. Posisi KFLN pada akhir kuartal III 2025 tercatat sebesar 803,9 miliar dolar AS, naik 2,8 persen (qtq), dari posisi 781,8 miliar dolar AS pada kuartal II 2025.
Peningkatan KFLN ditopang oleh terjagannya aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung sebagai cerminan terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik. Peningkatan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh kenaikan harga saham di Indonesia.
"Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada kuartal III 2025 tetap terjaga sehingga mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tecermin dari rasio PII Indonesia terhadap PDB pada kuartal III 2025 yang tetap terjaga sebesar 18,3 persen," ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (93,1 persen), terutama dalam bentuk investasi langsung. Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek PII Indonesia dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.
"Selain itu, Bank Indonesia akan terus memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian," tutupnya.