REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengingatkan bencana alam berpotensi menekan kesehatan bank perekonomian rakyat (BPR) di daerah terdampak karena kualitas aset memburuk dan kredit berisiko macet, sehingga perlu respons cepat bersama OJK agar bank tidak jatuh ke gagal.
Anggota Dewan Komisioner LPS Bidang Program Penjaminan Polis, Ferdinan D. Purba, mengatakan pengalaman sebelumnya menunjukkan bencana tetap menimbulkan efek ke perbankan, terutama pada sisi aset. “Pengalaman-pengalaman kita sebelumnya bencana alam itu, iya masih berdampak terutama nanti di sisi aset, karena berarti keburukan sisi asetnya pasti akan berdampak, orang-orang yang tadinya lancar, ini jadi mulai macet ini jadinya,” ujarnya dalam Acara Literasi Keuangan dan Berasuransi, dikutip Senin (8/12/2025).
Purba menilai dampak bencana biasanya terasa besar pada bank-bank tertentu yang beroperasi di wilayah terdampak, tetapi tidak selalu mengguncang industri secara nasional. “Menurut saya untuk individual bank, ini pasti individual-individual bank pasti akan berdampak besar, tapi secara industri secara nasional kelihatannya itu tidak akan,” kata dia.
Ia mengingatkan dalam sejarah penanganan LPS, bencana besar pernah berujung pada likuidasi BPR di daerah. Purba pun merujuk pengalaman pascagempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, ketika tekanan ekonomi daerah ikut memukul kualitas kredit BPR hingga berujung likuidasi salah satu BPR di Palu.
"Pascabencana memang ada salah satu BPR yang di Palu, dan itu baru satu-satunya di Sulawesi Tengah yang dilikuidasi oleh LPS,” ungkap Purba.
Karena itu, LPS menekankan pentingnya koordinasi sejak dini dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memetakan dampak bencana terhadap BPR di wilayah terdampak. “Tentu bagi LPS kami akan sangat-sangat tergantung bagaimana kami bekerja sama dengan OJK, bagaimana dampaknya terhadap bank-bank di sana khususnya yang BPR,” kata dia.
Langkah antisipasi itu, lanjutnya, termasuk peluang LPS terlibat lebih awal agar BPR tidak sampai masuk tahap gagal. “Kalau memang itu bisa kami lebih awal terlibat di sana mungkin akan lebih bagus dan ada peluang LPS untuk menghindarkan bank tersebut dari gagal bayar,” ujarnya.
LPS menilai keterlibatan dini penting karena bencana biasanya memukul sektor riil lokal secara cepat. Ketika usaha dan rumah tangga terdampak kehilangan pendapatan, kemampuan membayar cicilan turun, sehingga kredit yang sebelumnya lancar dapat berubah menjadi bermasalah. Kondisi ini dapat mempersempit likuiditas dan menekan rasio kesehatan BPR bila tidak segera ditangani.
Dengan ancaman kenaikan kredit macet pascabencana, LPS meminta pengawasan intensif dan langkah penyehatan lebih dini agar BPR tetap bertahan. Tujuannya menjaga kepercayaan nasabah sekaligus mencegah penutupan bank di daerah yang justru sedang membutuhkan akses pembiayaan untuk pemulihan ekonomi.