REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Kaltim (Persero), sebagai anak perusahaan BUMN Pupuk Indonesia, siap menggenjot produksi untuk merespons peluang pasar global sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional.
"Pada 2023, Pupuk Kaltim bertekad menggenjot produksinya untuk mencapai target 2,76 juta ton amoniak, 3,39 juta ton urea, dan 250 ribu ton NPK," kata Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (29/3/2023).
Jumlah produksi tersebut, katanya bertujuan memenuhi sebesar kurang lebih 3,4 juta ton atau sekitar 63 persen dari kebutuhan pupuk urea nasional. Jika tercapai, besaran produksi tersebut akan menempatkan Pupuk Kaltim pada posisi posisi keempat produsen urea terbesar di kawasan Asia Pasifik.
Rahmad mengatakan, rencana Pupuk Kaltim untuk tahun ini berbasis pada prinsip growth strategy yang terdiri dari atas aspek operational and supply chain excellence, diversification excellence, dan geographical expansion excellence.
Inti dari penerapan growth strategy tersebut adalah penurunan biaya produksi dan pada saat yang bersamaan mampu meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi dan mendistribusikannya dengan cermat. Proses ini didukung digitalisasi lini produksi dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik.
"Dengan bekal sistem yang unggul ini, Pupuk Kaltim menyasar untuk memenuhi sekitar 6 persen dari pangsa pasar urea, sekitar 20 persen untuk amoniak, dan sekitar 2 persen untuk NPK di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2030," kata Rahmad.
Peningkatan inflasi global pada 2022 telah menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Kondisi tersebut juga berdampak pada industri pupuk dunia dan domestik. Meskipun terjadi kenaikan harga urea secara global pada awal tahun 2022, pada kuartal ketiga harga pupuk turun sebesar 20 persen setelah mencapai rekor tertinggi pada April 2022.
Fakta ini pun disadari penuh oleh Pupuk Kaltim sebagai pelaku industri petrokimia terdepan. Di tengah situasi ekonomi global yang bergejolak itu, Pupuk Kaltim tetap melihat peluang positif.
Menurut International Fertilizer Association (IFA), pangsa pasar pupuk global diperkirakan mengalami kenaikan pada 2023. Pupuk berbasis nitrogen diperkirakan akan tumbuh 2,2 persen, 4,4 persen untuk pupuk berbasis fosfat, dan 4,2 persen untuk pupuk berbasis potash.
Konflik antara Rusia dan Ukraina yang mendisrupsi pasar pupuk global pada saat yang bersamaan mendapatkan peluang tambahan bagi Pupuk Kaltim untuk berekspansi ke pasar global.
"Kami berada pada momentum terbaik untuk terus tumbuh. Peluang di pasar global dan kepercayaan pemerintah kepada kami untuk menjalankan proyek strategis nasional akan menjadi batu pijakan kami untuk terus berinovasi, beradaptasi, dan meningkatkan kinerja. Kami akan menggenjot produksi untuk merespons pasar global dan mendukung ketahanan pangan nasional," kata Rahmad.