REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mengalami tren perlambatan di level 7 persenan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis pertumbuhannya dapat mencapai target di kisaran 8—11 persen pada pengujung 2025, seiring tren suku bunga rendah dan dorongan kebutuhan belanja musiman rumah tangga di akhir dan awal tahun.
“OJK tetap mengharapkan kredit terus tumbuh sebagaimana perkiraan hasil evaluasi RBB (Rencana Bisnis Bank) yang menunjukkan tidak adanya revisi signifikan dari bank,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam keterangannya, dikutip Rabu (26/11/2025).
Dian menerangkan, meskipun terdapat tekanan dari sisi permintaan kredit, terutama dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan sektor perdagangan, optimisme terhadap pemulihan beberapa sektor ekonomi serta dukungan optimal dari kebijakan fiskal, trade policy, industrial policy, dan investment policy akan meningkatkan efek pengganda terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi dunia usaha. Dengan demikian turut mendorong permintaan terhadap kredit perbankan.
“Beberapa faktor yang dapat mendorong pertumbuhan kredit hingga akhir 2025 antara lain transmisi kebijakan moneter yang semakin membaik, tren penurunan suku bunga pinjaman, percepatan belanja pemerintah/investasi swasta, dan dorongan kebutuhan belanja musiman rumah tangga jelang akhir dan awal tahun,” jelas Dian.
OJK mencatat, per September 2025, kredit tumbuh 7,7 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,56 persen yoy. Total outstanding kredit perbankan mencapai Rp8.162,8 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 15,18 persen, diikuti kredit konsumsi tumbuh 7,42 persen, sementara kredit modal kerja tumbuh moderat 3,37 persen yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh 11,53 persen, sementara kredit UMKM tumbuh 0,23 persen.
Adapun berdasarkan sektor ekonomi, sektor pengangkutan dan pergudangan mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,32 persen, sementara sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 19,15 persen. “Pertumbuhan kredit dari sektor-sektor tersebut diharapkan dapat mendukung pencapaian target kredit perbankan sampai akhir tahun ini,” ujar Dian.
Pada September 2025, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 11,81 persen yoy, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,51 persen yoy, dengan total DPK mencapai Rp9.695,4 triliun.
Likuiditas industri perbankan pada September 2025 mencatatkan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 130,47 persen (Agustus 2025: 120,25 persen) dan 29,30 persen (Agustus 2025: 27,25 persen). Angka tersebut masih di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 205,94 persen.
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,24 persen (Agustus 2025: 2,28 persen) dan NPL net stabil sebesar 0,87 persen. Loan at Risk (LaR) turun menjadi 9,52 persen (Agustus 2025: 9,73 persen).
Terkait ketahanan bank dari sisi permodalan, OJK mencatat Capital Adequacy Ratio (CAR) berada pada level tinggi sebesar 26,15 persen (Agustus 2025: 26,03 persen). Angka tersebut dinilai menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat dalam menghadapi ketidakpastian global.