Rabu 26 Nov 2025 15:32 WIB

Zulhas Usul Dapur SPPG Terhubung ke Kopdes Merah Putih

Koperasi desa akan berfungsi sebagai penyerap ketika pasokan berlebih.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG — Pemerintah mengusulkan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) bermitra dengan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) agar bahan baku program makan bergizi diserap dari desa. Menko Pangan Zulkifli Hasan menilai skema ini ditujukan untuk menguatkan rantai pasok pangan sekaligus menggerakkan ekonomi rakyat.

“Koperasi nanti bekerja sama dengan dapur SPPG, lalu kita kembangkan closed loop economy,” kata Zulhas, panggilan akrab Zulkifli Hasan, dalam Kompas100 CEO Forum di ICE BSD, Tangerang, Rabu (26/11/2025).

Baca Juga

Ia menegaskan dapur akan membeli kebutuhan pangan dari koperasi yang menyerap hasil warga sekitar. Lebih lanjut, Zulhas menjelaskan program makan bergizi tak sekadar bantuan makanan bagi anak-anak. Menurutnya, kebutuhan pangan yang besar akan menumbuhkan sentra peternakan, perikanan, dan pertanian di desa.

Ia memaparkan kebutuhan harian program ini dapat mencapai 82,9 juta butir telur, 82,9 juta potong ikan, serta jumlah serupa untuk sayur dan buah. Skala permintaan tersebut dinilai membuka pasar tetap bagi produksi pangan rakyat.

Menurut dia, koperasi desa akan berfungsi sebagai penyerap ketika pasokan berlebih, seperti gabah, jagung, telur, dan komoditas lain. Koperasi lalu menyalurkan suplai itu ke dapur SPPG agar pasarnya tidak putus.

Dengan pola kemitraan ini, lanjut Zulhas, rantai pasok yang panjang dapat terpotong sehingga harga di tingkat desa lebih terkendali. Dapur SPPG menjadi pembeli rutin, sementara koperasi menjadi pengumpul dan penyalur hasil produksi warga.

Zulhas menilai pemberdayaan lewat koperasi dan kepastian serapan dari SPPG penting untuk menaikkan produktivitas pangan nasional. Ia mencontohkan ongkos produksi pangan domestik masih lebih tinggi dibanding beberapa negara karena produktivitas yang rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement