Rabu 26 Nov 2025 15:38 WIB

Harga Kelapa Melonjak, Menko Pangan: Kebun Kelapa Kini Lebih Untung dari Sawit

Permintaan ekspor ke China disebut jadi pendorong utama lonjakan harga kelapa.

Rep: Muhammad Nursyamsi, Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Menteri Koordinator (Menko) Pangan Zulkifli Hasan menilai kebun kelapa kini lebih menguntungkan dibanding kebun sawit seiring lonjakan harga kelapa di pasar.
Foto: JOJON/ANTARA
Menteri Koordinator (Menko) Pangan Zulkifli Hasan menilai kebun kelapa kini lebih menguntungkan dibanding kebun sawit seiring lonjakan harga kelapa di pasar.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Koordinator (Menko) Pangan Zulkifli Hasan menilai kebun kelapa kini lebih menguntungkan dibanding kebun sawit seiring lonjakan harga kelapa di pasar. Ia menyebut, tren ini menjadi peluang memperkuat perkebunan rakyat lewat program bibit unggul.

“Kebun kelapa lebih untung dari kebun sawit sekarang, Pak,” ujar Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan, dalam Kompas100 CEO Forum di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (26/11/2025). Ia menambahkan, pemerintah sedang menyiapkan pengembangan kelapa rakyat bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Baca Juga

Zulhas memaparkan, harga kelapa melonjak tajam dari sekitar Rp2.000 menjadi Rp12.000 per butir. Kenaikan itu lantaran adanya permintaan ekspor yang meningkat, terutama dari China.

photo
Koordinator Lapangan menyiapkan alat penyiram air untuk bibit kelapa dalam jenis Molawahu di Desa Iloheluma, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. - (ANTARA/Adiwinata Solihin)

Ia menyebut, kelapa Indonesia kini diburu karena pasar China banyak memakai santan sebagai campuran kopi. Perubahan pola konsumsi itu membuat stok kelapa dalam negeri menipis di sejumlah sentra, termasuk Sumatra.

Pemerintah, kata Zulhas, akan memperbanyak bibit kelapa unggul agar kebun rakyat lebih produktif dan mampu merespons permintaan pasar. Ia menilai, dukungan bibit menjadi langkah awal yang paling cepat untuk mengerek hasil kebun petani.

Selain kelapa, pemerintah juga menyiapkan pengembangan komoditas perkebunan rakyat lain seperti kopi, cokelat, cengkih, dan lada. Zulhas menyebut, diversifikasi ini penting karena Indonesia masih mengimpor sebagian komoditas tersebut.

Ia menegaskan, penguatan perkebunan rakyat menjadi salah satu rangkaian kebijakan pangan yang diarahkan untuk menaikkan pendapatan desa. Pemerintah juga mendorong kerja sama riset dengan BRIN agar produktivitas kebun rakyat meningkat lebih cepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement