Jumat 26 Jul 2024 18:00 WIB

Jaga Profil Risiko, BFI Finance Atur Strategi Pembiayaan Selektif

Total pendapatan tercatat sebesar Rp 3,1 triliun.

BFI Finance (ilustrasi)
Foto: BFI Finance
BFI Finance (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN – PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) menutup paruh pertama tahun 2024 dengan cermat menjaga risiko dan menjalankan strategi pembiayaan yang efektif dan selektif. Fundamental bisnis yang kuat membuat perusahaan mampu menjaga kelancaran arus kas sembari terus sigap menyesuaikan diri menghadapi tantangan di tengah perlambatan industri saat ini.

Hingga Juni 2024, perusahaan mencatatkan piutang pembiayaan dikelola (managed receivables) senilai Rp 22,4 triliun di mana porsi piutang didominasi tujuan produktif modal kerja, yakni sebesar 57,5 persen. Penyaluran piutang pembiayaan tersebut berkontribusi terhadap raihan total aset sebesar Rp 24,3 triliun, naik 0,5 persen secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq), yang didukung oleh nilai pembiayaan baru (new booking) sebesar Rp 9 triliun. Segmen pembiayaan roda empat masih menjadi mayoritas kontributor dengan nilai sebesar Rp 6,1 triliun.

Baca Juga

“Beragam faktor mewarnai tengah tahun pertama 2024. Momentum pemilu, Ramadhan dan hari-hari besar tanggal merah, sampai faktor geopolitik ikut memengaruhi daya beli dan sedikit banyak ikut memengaruhi pencapaian kinerja kami selama semester I 2024. Dalam menyiasati hal tersebut, penyaluran pembiayaan dilakukan dengan lebih selektif serta melakukan diversifikasi produk guna menjaga kualitas portofolio kredit,” ungkap Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono.

Dari upaya tersebut, profil risiko BFI Finance tetap terkendali dengan tingkat pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) per Juni 2024 mampu dipertahankan rendah di level bruto 1,47 persen, dan level neto 0,29 persen atau turun 50 basis poin (bps) dibandingkan per Juni

2023. Rasio ini mengungguli rata-rata industri yang berada di level 2,77% menurut data NPF per Mei 2024 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Adapun cakupan penyisihan tercatat sebesar 2,6 kali NPF bruto perusahaan dan net gearing ratio masih menunjukkan tren positif, yakni 1,2 kali atau jauh di bawah batas maksimum sepuluh kali,” tambah Sudjono.

Sementara itu, total pendapatan tercatat sebesar Rp 3,1 triliun, diiringi dengan laba bersih senilai Rp 685,8 miliar. Dilihat dari managed receivables, porsi pembiayaan kendaraan bermotor masih menempati

komposisi terbanyak, yakni 76,3 persen untuk pembiayaan kendaraan roda dua dan empat.

Lainnya, pembiayaan alat berat dan mesin mengambil porsi 14,9 persen, pembiayaan beragun sertifikat properti 4,4 persen, serta pembiayaan lainnya 4,3 persen termasuk pembiayaan syariah yang menorehkan pertumbuhan impresif sebesar 39,2 persen year-on-year (yoy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement