Rabu 24 Jul 2024 22:45 WIB

BCA Salurkan Pembiayaan Kendaraan Listrik Hingga Rp 1,5 Triliun

BCA konsisten mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.
Foto: Dok.Republika
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak membukukan peningkatan total kredit sebesar 15,5 persen secara tahunan (yoy ) menjadi Rp 850 triliun per Juni 2024. Pertumbuhan total kredit tersebut berada di atas rata-rata industri.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja mengatakan, BCA konsisten mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik. Bahkan selama semester 1 2024, pembiayaan kendaraan listrik tumbuh dua kali lipat.

Baca Juga

" BCA telah menyalurkan pembiayaan untuk kendaraan bermotor listrik sekitar Rp1,5 triliun per Juni 2024, tumbuh dua kali lipat secara yoy," kata Jahja di Jakarta, Rabu (24/7/2024).

Adapun, dari sisi profitabilitas, laba bersih BCA dan entitas anak tumbuh 11,1 persen yoy menjadi Rp 26,9 triliun pada semester I 2024. Pertumbuhan ini ditopang ekspansi pembiayaan secara berkualitas, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.

Kredit untuk bisnis tercatat tumbuh dengan solid, baik di segmen korporasi maupun UMKM. Peningkatan juga terjadi di segmen kredit konsumer, ditopang pelaksanaan BCA Expoversary 2024.

"Event yang diselenggarakan sekitar dua bulan tersebut berhasil mengumpulkan total aplikasi KPR dan kredit kendaraan bermotor (KKB) sekitar Rp 50 triliun,” ungkap Jahja.

Untuk kredit korporasi menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi per Juni 2024, naik 19,9 persen yoy mencapai Rp 388,6 triliun. Kredit komersial tumbuh 7,9 persen yoy menjadi Rp 127,8 triliun, dan kredit UKM naik 12,7 persen yoy hingga menyentuh Rp 114,4 triliun. Portofolio kredit konsumer meningkat 13,6 persen yoy menjadi Rp 210,2 triliun, didorong penyaluran KPR yang tumbuh 10,8 persen  yoy mencapai Rp 126,9 triliun serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4 persen yoy menjadi Rp 62,1 triliun.

Rasio kredit bermasalah (NPL) berada di angka 2,2 persen. Rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang memadai, masing-masing sebesar 190,2 persen dan 71,2 persen. Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) naik 5 persen yoy  menyentuh Rp 1.125 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi 82 persen lebih dari total DPK, tumbuh 5,8 persen mencapai Rp 915 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement