Kamis 19 Oct 2023 09:36 WIB

IHSG Dibuka Melemah Seiring Lonjakan Harga Minyak dan Imbal Hasil Obligasi AS

Yield US Treasury Note tenor 10 tahun naik sekitar enam basis poin jadi 4,91 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun pada perdagangan Kamis (19/10/2023). IHSG kembali melemah dan sempat jatuh ke level 6.891,08 pagi ini setelah kemarin juga ditutup terkoreksi 0,17 persen.

Penurunan IHSG sejalan dengan pergeran bursa global. Dari Asia, Nikkei, Hang Seng dan Strait Times anjlok lebih dari satu persen. Demikian halnya di AS. S&P 500 dan Nasdaq jatuh di atas satu persen, kemudian Dow Jones menyusul dengan penurunan 0,98 persen.

"Indeks saham di Asia pagi ini turun mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam yang di tutup terpangkas," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Memerahnya bursa saham global seiring dengan lonjakan harga minyak mentah dan kenaikan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasuries). Harga minyak mentah naik hampir dua persen ke level tertinggi dalam dua minggu.

Melonjaknya harga minyak didorong oleh penurunan cadangan BBM AS yang lebih besar dari ekspektasi. Selain itu, harga minyak juga terkerek kekhawatiran mengenai pasokan minyak global setelah Iran mengajak melakukan embargo terhadap Israel sebagai respons dari konflik di jalur Gaza.

Investor juga semakin khawatir mengenai situasi perang di Timur-Tengah. Di pasar obligasi, aksi jual masih berlanjut sehingga mengerek yield ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Yield US Treasury Note bertenor 10 tahun naik sekitar enam basis poin menjadi 4,91 persen, menembus 4,9 persen untuk pertama kali sejak 2007. Sementara itu, yield US Treasury Note bertenor dua tahun bertahan di 5,22 persen, mendekati level tertinggi sejak 2006.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement