REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menyatakan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasarannya. Inflasi IHK pada Januari 2018 mencapai 0,62 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,71 persen (mtm).
Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 3,25 persen (yoy) atau berada dalam kisaran sasaran inflasi 2018 sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen (yoy). "Terkendalinya inflasi dipengaruhi terutama oleh administered prices yang deflasi dan inflasi inti yang tetap terkendali, di tengah inflasi volatile food yang meningkat," kata Deputi Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Junanto Herdiawan, melalui siaran pers, Kamis (1/2).
Junanto menyebutkan, inflasi inti tetap terjaga tercatat sebesar 0,31 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan lalu sebesar 0,13 persen (mtm). Beberapa komponen yang memengaruhi inflasi inti antara lain, emas perhiasan, upah pembantu rumah tangga, nasi dengan lauk, dan tukang bukan mandor. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,69 persen (yoy), melambat dari bulan lalu sebesar 2,95 persen (yoy).
"Perkembangan positif inflasi inti tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi," ujarnya.
Dari sisi kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami deflasi seiring normalisasi tarif angkutan setelah musim liburan. Kelompok administered price mengalami deflasi sebesar 0,15 persen (mtm), menurun dibandingkan Desember yang mengalami inflasi sebesar 0,91 persen (mtm). Deflasi terutama didorong oleh normalisasi tarif pesawat udara dan kereta api pascalibur Natal dan Tahun Baru 2018. Secara tahunan, komponen administered prices mencatat inflasi sebesar 5,82 persen (yoy).
Sementara inflasi kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) meningkat dari bulan lalu terutama didorong oleh harga beras. Inflasi volatile food tercatat sebesar 2,58 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan kondisi bulan sebelumnya sebesar 2,46 persen (mtm). Angka inflasi tersebut lebih tinggi dari rata-rata inflasi volatile food bulan Januari empat tahun terakhir sebesar 1,63 persen (mtm).
"Inflasi terutama bersumber dari komoditas beras, daging ayam ras, ikan segar, cabai rawit, dan cabai merah. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat 2,62 persen (yoy)," ujarnya.
Ke depan, kata Junanto, inflasi diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5 persen plus minus satu persen (yoy). Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dalam mengendalikan inflasi. Terutama sebagai antisipasi risiko meningkatnya inflasi volatile food serta kemungkinan penyesuaian harga beberapa komoditas di kelompok administered prices.