Selasa 15 Jul 2025 17:49 WIB

Kebijakan Trump Berpotensi Picu PHK Massal, Rupiah Tertekan

Rupiah melemah 16,50 poin atau 0,10 persen ke level Rp 16.266,5 per dolar AS.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah pada perdagangan Selasa (15/7/2025), tertekan oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dinilai berpotensi memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 16,50 poin atau 0,10 persen ke level Rp 16.266,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan. Sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp 16.250 per dolar AS.

Baca Juga

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kebijakan Trump yang menetapkan tarif 32 persen terhadap produk impor dari Indonesia bakal mengguncang industri ekspor, salah satunya industri furnitur.

“Kebijakan tarif tersebut berpotensi menyebabkan gelombang PHK. Produk furnitur Indonesia akan mengalami penurunan tajam akibat lonjakan harga di pasar AS sebesar 20–35 persen,” ujar Ibrahim, Selasa (15/7/2025).

Ia mencontohkan, jika sebelumnya kursi kayu dijual seharga 100 dolar AS per unit, maka dengan tarif baru, harganya melonjak menjadi 120–135 dolar AS per unit. Kondisi ini diperkirakan akan menurunkan minat beli masyarakat AS.

“Akibatnya, pesanan menurun, kapasitas produksi dikurangi, biaya tetap harus ditanggung, dan akhirnya berdampak pada pengurangan tenaga kerja,” jelasnya.

Meski demikian, ia menilai pelaku usaha tetap optimistis dengan mengandalkan jalur diplomasi dan berkolaborasi dengan kementerian terkait untuk mencari solusi bisnis.

“Diversifikasi produk ke segmen bernilai tambah tinggi seperti produk customized, luxury, atau berbahan baku berkelanjutan menjadi salah satu solusi,” tambah Ibrahim.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Indonesia mendapat penundaan penerapan tarif resiprokal 32 persen dari AS setelah melakukan negosiasi dengan otoritas perdagangan AS pada 9 Juli 2025.

Sentimen Eksternal

Selain kebijakan Trump, sentimen global juga membayangi pergerakan rupiah. Trump diketahui terus mengancam tarif baru menjelang tenggat 1 Agustus, termasuk terhadap Uni Eropa, Meksiko, dan bahkan Rusia.

“Meskipun belum berdampak besar pada pasar, ketidakpastian ini membuat pelaku pasar menahan diri dalam pengambilan posisi besar,” kata Ibrahim.

Fokus pasar kini tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen AS untuk Juni 2025 yang diharapkan memberi gambaran mengenai dampak ekonomi dari tarif Trump. Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya menyatakan, tarif baru dapat mendorong inflasi lebih tinggi, sehingga kebijakan suku bunga diperkirakan ditunda hingga akhir tahun.

Sementara itu, ekonomi China tumbuh 5,2 persen (yoy) pada kuartal II 2025, melampaui ekspektasi 5,1 persen, didukung oleh ekspor dan stimulus pemerintah. Kinerja ini menunjukkan ketahanan ekonomi China di tengah perang dagang dengan AS.

Mengacu pada kombinasi faktor internal dan eksternal tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan Rabu (16/7/2025).

“Rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di kisaran Rp 16.260 hingga Rp 16.300 per dolar AS,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement