Jumat 03 Jan 2025 18:50 WIB

Inflasi 2024 Terendah Sepanjang Sejarah, BI: Yang Penting Masih di Kisaran Target

Angka inflasi tersebut masih berada di kisaran target.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo Bank Indonesia.
Foto: Antara
Logo Bank Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan angka inflasi 2024 sebesar 1,57 persen menjadi yang terendah sepanjang sejarah. Menanggapi hal itu, Bank Indonesia (BI) mengatakan, angka inflasi tersebut masih berada di kisaran target.

"Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2024 terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, Jumat (3/1/2025).

Baca Juga

Denny tidak menerangkan lebih lanjut mengenai angka yang nyaris keluar dari sasaran target tersebut. Ia hanya menekankan bahwa yang terpenting angkanya masih berada di antara 2,5 plus minus 1 persen.

BPS diketahui mencatat inflasi IHK Desember 2024 sebesar 0,44 persen (month to month/mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK 2024 menjadi 1,57 persen (year on year/yoy).

Perkembangan inflasi 2024 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2023 yang sebesar 2,61 persen (yoy). Angka tersebut bahkan lebih rendah dibandingkan tahun 2020 sebesar 1,68 persen saat Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Dan menjadi paling rendah sepanjang sejarah sejak BPS melakukan perhitungan inflasi.

"Inflasi yang terjaga dalam kisaran sasaran merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2025-2026," jelas Denny.

Inflasi IHK secara bulanan pada Desember 2024 meningkat dibandingkan dengan inflasi November 2024 sebesar 0,30 persen (mtm). Kenaikan inflasi terutama disumbang oleh kelompok volatile food sedangkan inflasi inti tercatat stabil dan inflasi administered price menurun.

Inflasi kelompok inti tercatat sebesar 0,17 persen (mtm), stabil dari inflasi bulan sebelumnya, dengan inflasi tercatat pada komoditas emas perhiasan, minyak goreng, dan kopi bubuk. Inflasi kelompok volatile food meningkat menjadi sebesar 2,04 persen (mtm), dari sebelumnya sebesar 1,07 persen (mtm) pada November 2024, terutama disumbang oleh komoditas telur ayam ras, aneka cabai, dan aneka bawang seiring dengan peningkatan permintaan pada Hari Besar Keagamaan Nasional Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, inflasi administered prices tercatat sebesar 0,03 persen (mtm), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,12 persen (mtm).

"Inflasi inti terjaga rendah sebesar 2,26 persen (yoy), sejalan dengan ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik, imported inflation yang terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah Bank Indonesia, serta dampak positif berkembangnya digitalisasi," tegas Denny.

Inflasi volatile food, lanjut Denny, juga terjaga rendah sebesar 0,12 persen (yoy). Hal itu disebut didukung oleh perbaikan produksi pangan dan eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah. Sementara itu, inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 0,56 persen (yoy), sejalan dengan terbatasnya kebijakan penyesuaian harga yang diatur oleh pemerintah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement