Rabu 11 Dec 2024 15:18 WIB

BSI Bakal Bentuk Bank Emas, Target Realisasi Semester I 2025

Bank syariah memiliki kemampuan alami untuk menjalankan bisnis emas.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Model menunjukan replika emas batangan BSI saat peluncuran BSI Gold di Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Model menunjukan replika emas batangan BSI saat peluncuran BSI Gold di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menyatakan kesiapannya menjadi bullion bank atau bank emas, sejalan dengan peluang besar di sektor bisnis emas Indonesia. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menegaskan, bank syariah memiliki kemampuan alami untuk menjalankan bisnis emas, termasuk layanan gadai dan cicilan emas.

"Nature bank syariah memungkinkan kami untuk menjalankan bisnis emas. Saat ini, kami sudah menjalankan bisnis gadai dan cicilan emas," ujar Hery di Jakarta, Selasa (10/12/2024).

Baca Juga

BSI, lanjutnya, juga siap menjadi holding atau induk pengelola bullion bank. "Kalau ada kesempatan untuk ekspansi lebih besar lagi, insya Allah kami siap," katanya.

Dengan modal inti sebesar Rp 39,05 triliun hingga Juni 2024, BSI berada dalam posisi strategis untuk memenuhi syarat menjadi bullion bank, sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun 2024. Peraturan tersebut mensyaratkan modal inti minimum Rp14 triliun untuk lembaga jasa keuangan (LJK) yang ingin menyelenggarakan kegiatan usaha bullion.

"Kami memiliki modal inti yang lebih dari cukup untuk memenuhi persyaratan tersebut," jelasnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mendukung penuh langkah BSI dan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menjadi induk pengelola bullion bank di Indonesia. Menurutnya, undang-undang terkait sudah disiapkan, dan pemerintah menargetkan realisasi bullion bank pada semester pertama 2025.

Bullion bank kan sebetulnya dari by law, undang-undangnya sudah kita masukkan. Kita berharap di tahun depan semester pertama bisa direalisasikan," ujar Airlangga.

Airlangga juga menyoroti pentingnya bullion bank dalam mendukung produksi emas nasional. Dengan produksi emas 60 ton per tahun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik dan cadangan emas PT Pegadaian mencapai 70 ton, Indonesia diharapkan mampu mengelola emas lebih efektif di dalam negeri.

Terkait tantangan global, Airlangga menekankan pentingnya menjaga akses pasar dalam situasi geopolitik yang tidak menentu. “Berbagai negara menggunakan tarif sebagai benteng. Kita perlu aktif melakukan trade remedy untuk mencegah persaingan yang tidak sehat,” ujarnya.

Dengan dukungan regulasi, keberadaan bullion bank diharapkan memperkuat ekosistem bisnis emas nasional, meningkatkan nilai tambah, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement