Rabu 19 Nov 2025 14:33 WIB

BKPM: Premanisme Bikin Biaya Investasi di Indonesia Naik 40 Persen

Premanisme dinilai menurunkan kepercayaan investor dan hambat realisasi investasi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, mengatakan aksi premanisme masih menjadi momok yang menakutkan bagi dunia investasi di Indonesia.  (ilustrasi)
Foto: Kementerian Investasi
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, mengatakan aksi premanisme masih menjadi momok yang menakutkan bagi dunia investasi di Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, mengatakan aksi premanisme masih menjadi momok yang menakutkan bagi dunia investasi di Indonesia. Todotua menyebut aksi premanisme memiliki dampak cukup signifikan bagi upaya peningkatan realisasi investasi.

“Bahkan saya bilang, premanisme di kalangan institusi pemerintahan juga ada,” ujar Todotua dalam acara Antara Business Forum di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (19/11/2025).

Baca Juga

Todotua menyampaikan hasil survei sebuah lembaga riset yang menyebutkan premanisme berkontribusi 15 persen hingga 40 persen terhadap biaya investasi dan biaya produksi dalam investasi di Indonesia. Todotua juga menyinggung kasus pemerasan proyek PT Chandra Asri Alkali senilai Rp 5 triliun oleh oknum Kadin Cilegon.

“Ini sudah enggak boleh lagi. Terakhir kejadian itu kita sampai kandangin, mohon maaf namanya Kadin Cilegon,” ucap Todotua.

Todotua menyampaikan aksi premanisme tersebut memiliki dampak besar terhadap kepercayaan investor. Ia mengatakan hal tersebut kontradiktif dengan upaya pemerintah menarik minat investor.

“Semenjak itu (kepercayaan investor) turun drastis dan terus kita monitor tiap minggu karena ini dampaknya cukup besar. Negara harus ada di sini, memberikan kepastian,” lanjut Todotua.

Todotua mengingatkan iklim investasi yang baik akan memberikan kontribusi terhadap perekonomian dan pembukaan lapangan kerja. Ia mengatakan setiap investasi pun memiliki efek berganda dalam menggerakkan perekonomian di daerah maupun nasional.

“Investasi itu tujuannya untuk membuka atau membangun suatu cycle ekonomi baru. Investasi itu juga adalah salah satu strategi untuk kita bisa menciptakan pembukaan lapangan kerja baru,” kata Todotua.

Muhammad Nursyamsyi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement