Selasa 18 Nov 2025 07:35 WIB

Takut Rugi di Pasar Keuangan, Generasi Muda Diingatkan Kuat Mental

Tren cuan cepat membuat risiko kerap terabaikan oleh investor muda.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Demam investasi dan tren “cuan cepat” di media sosial membuat banyak anak muda berani masuk pasar keuangan, tetapi belum tentu siap menghadapi risiko rugi. (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Demam investasi dan tren “cuan cepat” di media sosial membuat banyak anak muda berani masuk pasar keuangan, tetapi belum tentu siap menghadapi risiko rugi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demam investasi dan tren “cuan cepat” di media sosial membuat banyak anak muda berani masuk pasar keuangan, tetapi belum tentu siap menghadapi risiko rugi. Direktur BCA, Hendra Tanumihardja, menegaskan kegagalan tidak bisa dilepaskan dari proses menuju keberhasilan, termasuk dalam urusan karier dan keuangan.

“Dalam perjalanan meraih keberhasilan, kegagalan adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses tersebut. Generasi muda perlu memaknai kegagalan layaknya filosofi ukemi, sebagai peluang untuk bertumbuh, terutama ketika menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif seiring percepatan digitalisasi dan dinamika ekonomi,” kata Hendra dalam kuliah umum bertajuk The Art of Falling: Ukemi as a Lesson for Life and Career di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang, dikutip Selasa (18/11/2025).

Baca Juga

Ukemi yang berasal dari seni bela diri diperkenalkan sebagai cara “jatuh dengan benar” agar tidak cedera, lalu bangkit kembali dengan lebih kuat. Di ruang keuangan, prinsip yang sama dipakai untuk mengingatkan anak muda supaya tidak hancur mental ketika menghadapi penurunan nilai investasi, gagal bisnis, atau ditolak kerja berulang kali.

Tanpa kesiapan mental, keputusan finansial sering diambil karena FOMO, bukan perhitungan matang. Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, banyak yang justru kehilangan kepercayaan diri dan enggan kembali belajar mengelola risiko.

Fenomena ini diperkuat maraknya promosi gaya hidup dan investasi di media sosial yang lebih banyak menonjolkan keberhasilan. Kegagalan jarang dibicarakan, padahal di situlah orang belajar menata ulang rencana dan memperbaiki keputusan keuangannya.

Menurut Hendra, pendidikan tidak cukup hanya mengasah kemampuan teknis di kampus. Ia juga menekankan literasi keuangan harus berjalan seiring dengan literasi mental. Di tengah dunia kerja dan ekonomi digital yang berubah cepat, kemampuan untuk jatuh, belajar, lalu bangkit kembali menjadi bekal penting agar keberanian mengambil risiko di pasar keuangan diimbangi kesiapan menerima konsekuensinya.

“Kami (BCA) sadar generasi muda adalah calon pemimpin bangsa yang potensinya perlu dikembangkan secara optimal, sehingga mereka dapat menjadi pemimpin yang bertanggung jawab bagi diri sendiri maupun masyarakat,” tegas Hendra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement