Rabu 19 Nov 2025 15:21 WIB

Pertamina Tunggu Aturan Resmi untuk Impor Minyak Mentah dari AS

Kebijakan menjadi bagian dari kesepakatan tarif resiprokal Indonesia–AS.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri.
Foto: pertamina
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) masih menunggu peraturan resmi dari pemerintah terkait dengan rencana impor minyak mentah atau crude oil dari Amerika Serikat (AS). Pertamina memastikan kilang siap melakukan impor.

"Masih menunggu peraturan. Ya kita harus siap," ujar Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri di Jakarta, Rabu (19/11/2025).

Baca Juga

Ia mengatakan perusahaannya belum dapat memberikan kepastian waktu untuk melakukan impor, mengingat mereka masih menunggu peraturan resmi dari pemerintah.

Namun demikian, menurut Simon, perseroannya telah bersiap, termasuk memastikan kilang-kilang yang dimiliki Pertamina.

"Yang penting kita siapkan semua kemungkinan," kata Simon.

Pemerintah tengah menyusun Peraturan Presiden (Perpres) yang mengizinkan Pertamina untuk membeli energi dari perusahaan Amerika Serikat (AS) tanpa proses lelang (bidding).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kebijakan itu merupakan bagian dari kesepakatan tarif resiprokal antara kedua negara.

"Karena ini bagian dari reciprocal tarrif. Jadi ini hanya untuk perusahaan AS, tanpa bidding," ujar Airlangga dalam konferensi pers 13th US-Indonesia Investment Summit di Jakarta, Senin (17/11).

Pemerintah Indonesia dan AS saat ini berada pada tahap akhir negosiasi untuk pembebasan tarif bagi sejumlah komoditas unggulan Indonesia. Targetnya, seluruh proses dapat rampung tahun 2025, katanya, menjelaskan. 

Beberapa komoditas Indonesia yang tidak diproduksi di AS dipastikan akan mendapatkan pembebasan tarif masuk, antara lain minyak kelapa sawit (CPO), karet, teh, dan kopi. Sementara komoditas seperti tekstil dan alas kaki masih dalam pembahasan.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement