Senin 17 Feb 2020 13:53 WIB

Investor Makin Percaya, Kepala BKPM Pede Ekonomi Meningkat

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan negara G20 lainnya

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen pada 2019, bukanlah angka yang sangat baik. Hanya saja tidak buruk pula.

"Jadi angka itu sedang-sedang saja," ujar Bahlil dalam Indonesia Economic & investment Outlook 2020 di Kantor BKPM, Jakarta, Senin, (17/2). Meski begitu, Bahlil mengaku optimis dengan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini.

Baca Juga

Sebab, saat tahun politik terjadi pada 2019, pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. "Di tahun politik ada perseteruan antara dua kubu, rakyat terbelah, namun ekonominya stabil, cuma turun sekitar 0,1 persen," kata dia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, lanjutnya, juga masih jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan negara G20 lainnya. "Karena (pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah China," ujar Bahlil.

Ia melanjutkan, kepercayaan investor atau dunia luar terhadap Indonesia kuat sekali. Pasalnya, realisasi investasi pada 2019 melebihi target.

"Pada Oktober 2019, realisasi investasi sebesar Rp 601 triliun, target dari Bappenas sebesar Rp 792 triliun. Lalu Oktober, November, Desember, kerja besar dilakukan BKPM sehingga akhir 2019 realisasi investasi bisa mencapai Rp 809,6 triliun, surplus sekitar 102,2 persen dari target," tuturnya.

Pada 2019, lanjut dia, realisasi investasi asal China meningkat signifikan melebihi Jepang. BKPM mencatat, pada kuartal IV 2019, nilai investasi Negeri Tirai Bambu tersebut sebesar 1,4 miliar dolar AS atau 20,4 persen dari total investasi.

Disusul Hong Kong sebesar 1,1 miliar dolar AS (16,3 persen), Singapura 1,1 miliar dolar AS (16,1 persen), serta Jepang 1,1 miliar dolar AS (15,3 persen). Diikuti Belanda sebanyak 0,5 miliar dolar AS atau 7,1 persen dari total investasi.

"Investasi dari Eropa, khususnya Belanda, cukup menggembirakan, walau masih di urutan keenam. Hanya saja penetrasinya di pasar lebih masif," jelas dia.

Investor, kata Bahlil, juga sudah mulai melirik investasi di luar Pulau Jawa. Tahun lalu, realisasi investasi di luar Jawa sekitar 47 persen, sementara sisanya 53 persen di Pulau Jawa.

"Jadi pembangunan infrastruktur sudah kasih sebuh hasil. Investor mulai lirik investasi di luar Pulau Jawa," ujar Bahlil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement