Selasa 18 Nov 2025 16:45 WIB

IHSG Tertekan di Tengah Ketidakpastian Kebijakan The Fed Jelang Akhir Tahun

Peluang penurunan FFR turun ke 45 persen, pasar Asia turut melemah.

Karyawan mengamati layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat pada senin pagi dibuka melemah 210,39 poin atau 2,69 persen ke posisi 7.620,10. Sedangkan pada penutupan IHSG masih berada zona merah ke posisi 7.736,06 atau ditutup merosot 1,21 persen dari level 7.830,49.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat pada senin pagi dibuka melemah 210,39 poin atau 2,69 persen ke posisi 7.620,10. Sedangkan pada penutupan IHSG masih berada zona merah ke posisi 7.736,06 atau ditutup merosot 1,21 persen dari level 7.830,49.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (18/11/2025) sore ditutup melemah seiring memudarnya optimisme pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed pada pertemuan Desember 2025 mendatang. IHSG ditutup melemah 54,95 poin atau 0,65 persen ke posisi 8.361,93. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 6,41 poin atau 0,75 persen ke posisi 843,51.

“Rasa tidak nyaman mulai menyebar di pasar, dan dengan harapan penurunan suku bunga di Desember 2025 memudar. Saat ini tampaknya merupakan waktu yang tepat bagi investor untuk mengambil keuntungan (profit-taking) dari strategi investasi yang cukup menguntungkan tahun ini, di antaranya membeli (long) saham dan menjual (short) dolar AS,” sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Dari mancanegara, pelaku pasar bersikap ragu terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, pada Desember 2025. Saat ini pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 45 persen, dibandingkan 62 persen pada pekan lalu.

Di sisi lain, pelaku pasar menantikan dimulainya kembali rilis data ekonomi pada pekan ini, setelah dibukanya kembali pemerintah AS pasca government shutdown yang berlangsung cukup lama.

Pelaku pasar berharap mendapatkan gambaran resmi pasar tenaga kerja AS melalui rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) bulan September 2025 pada Kamis (20/11).

Rilis data NFP AS akan mendapatkan sorotan tajam seiring pernyataan bernada lebih berhati-hati (hawkish) yang dilontarkan pejabat tinggi The Fed belakangan ini, yang memicu keraguan terhadap penurunan suku bunga pada Desember 2025.

Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuannya, yang diproyeksikan tetap mempertahankan BI Rate di level 4,75 persen. BI menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18–19 November 2025 pekan ini.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement