Selasa 18 Nov 2025 17:55 WIB

Rilis Data Ekonomi AS Bayangi Pergerakan Rupiah

Tensi geopolitik turut memberikan pengaruh.

Rep: Eva Rianti/ Red: Satria K Yudha
Karyawan menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (17/10/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (17/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tertekan pada perdagangan Selasa (18/11/2025), dibayangi ekspektasi rilis data-data ekonomi Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 15 poin atau 0,09 persen menuju level Rp 16.751 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (18/11/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp 16.736 per dolar AS.

“Pelaku pasar masih mencari pandangan tentang kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) setelah berakhirnya penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah AS, yang menunda publikasi beberapa data ekonomi resmi,” kata Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Selasa (18/11/2025).

Baca Juga

Beberapa pembuat kebijakan The Fed, termasuk Presiden The Fed Atlanta Bostic dan Presiden The Fed Kansas City Schmid, diketahui menyuarakan kekhawatiran tentang inflasi atau mengisyaratkan dukungan untuk mempertahankan suku bunga tetap.

“Data penggajian nonpertanian untuk bulan September yang akan dirilis Kamis ini kemungkinan akan menjadi data resmi terbaru di pasar tenaga kerja sebelum pertemuan The Fed pada 10–11 Desember,” lanjutnya.

CME FedWatch menunjukkan pasar memperkirakan peluang 42,4 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, sedangkan peluang 57,6 persen merupakan perkiraan untuk mempertahankan suku bunga.

“Saat ini fokus pasar adalah risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan Oktober yang akan dirilis pada Rabu. Selanjutnya, Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) akan merilis angka Nonfarm Payrolls bulan September pada Kamis,” terang Ibrahim.

Di samping itu, tensi geopolitik, terutama di Timur Tengah, turut memberi pengaruh. Secara bersamaan, Ukraina telah meningkatkan serangan pesawat nirawak dan rudal jarak jauh terhadap pembangkit listrik dan infrastruktur di wilayah Donetsk yang dikuasai Rusia dalam beberapa pekan terakhir, dengan tujuan mengganggu logistik militer dan melemahkan kemampuan Moskow mempertahankan perangnya.

Serangan Ukraina semalam yang belum pernah terjadi sebelumnya, telah merusak dua pembangkit listrik tenaga termal, menyebabkan banyak permukiman tanpa listrik.

Selain itu, seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan Presiden AS Donald Trump bersedia menandatangani undang-undang sanksi Rusia selama ia memegang wewenang akhir atas implementasinya.

Trump mengatakan pada Ahad bahwa Partai Republik sedang menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk memberikan sanksi kepada negara mana pun yang berbisnis dengan Rusia, menambahkan bahwa Iran juga dapat diikutsertakan.

Dari dalam negeri, Ibrahim berpendapat sentimen melambatnya Utang Luar Negeri (ULN) yang dirilis Bank Indonesia (BI) memengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini.

Tercatat, per Oktober 2025 ULN Indonesia mencapai 424,4 miliar dolar AS atau menurun dibandingkan dengan posisi ULN pada Juli 2025 sebesar 432,3 miliar dolar AS. Secara tahunan, ULN Indonesia terkontraksi 0,6 persen (yoy) pada kuartal III 2025, menurun dibandingkan kuartal II 2025 yang tumbuh sebesar 6,4 persen (yoy).

BI mencatat ULN Pemerintah tumbuh melambat. Posisi ULN Pemerintah pada kuartal III 2025 tercatat sebesar 210,1 miliar dolar AS atau secara tahunan tumbuh 2,9 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 10,0 persen (yoy) pada kuartal II 2025.

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Selanjutnya, berdasarkan sektor ekonomi, ULN Pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 23,1 persen dari total ULN Pemerintah.

Meski begitu, struktur ULN Indonesia dinyatakan tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement