REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi melemah di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar atau sentimen risk-off.

“Rupiah diperkirakan masih berpotensi melemah terhadap dolar AS yang menguat di tengah sentimen risk-off,” ungkapnya di Jakarta, Selasa (18/11/2025).

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta melemah 13 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.749 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.736 per dolar AS.

Menurut Lukman, pemicu sentimen risk-off adalah terjadinya sell-off (aksi jual besar-besaran) di Wall Street akibat kekhawatiran bubble saham-saham teknologi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Mengutip Anadolu, perusahaan-perusahaan teknologi besar sempat mengumumkan pengeluaran lebih dari 380 miliar dolar AS dalam laporan keuangan mereka. Namun, kekhawatiran mengenai “gelembung AI” dan valuasi saham teknologi yang terlalu tinggi meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

Kini, investor menunggu laporan pendapatan Nvidia, yang harga sahamnya turun 1,8 persen pada Senin (17/11/2025), menjelang pengumuman pendapatan kuartal III 2025. Di samping itu, kekhawatiran atas valuasi yang terlalu tinggi turut menekan produsen chip tersebut dan sejumlah saham teknologi besar.

Di sisi lain, Alphabet menonjol di antara perusahaan teknologi besar setelah naik 3,1 persen pasca pengumuman akuisisi saham Berkshire Hathaway milik Warren Buffett di perusahaan induk Google dan YouTube.

“Masih terjadi tarik ulur antara yang khawatir dan yang optimistis. Valuasi yang sangat tinggi dan anggaran yang sangat besar berbanding pendapatan yang masih kecil untuk AI, bahkan banyak startup AI masih merugi,” kata Lukman.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp16.650–Rp16.800 per dolar AS.

Ikuti Whatsapp Channel Republika