REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menyoal terhentinya penyaluran beras untuk masyarakat miskin (raskin) selama tiga bulan berturut-turut yakni November 2014 hingga Januari 2015, Badan Urusan Logistik punya penjelasannya. Sebelumnya, terhentinya penyaluran raskin disebut-sebut menjadi salah satu faktor penyebab tingginya harga beras hari ini.
"Kita punya pasokan raskin yang cukup, yakni cadangan 1,4 juta ton, namun beras tidak bisa serta merta dikeluarkan lantaran harus melalui serangkaian administrasi berkoordinasi dengan Pemda," kata Direktur Pelayanan Publik Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Lely Pelitasari Soebekty pada Sabtu (28/2).
Dikatakannya, sebelum distribusi dilakukan, Bulog dan Pemda perlu terlebih dahulu melakukan verifikasi rumah tangga penerima dan harus ada surat permintaan alokasi (SPA) dari pemerintah daerah. Penyalurannya terhambat karena pemda melihat wacana penggantian raskin dengan e-money. Dampaknya, mereka tidak melakukan pengajuan penyaluran beras.
Makanya, pada periode tersebut, raskin tidak disalurkan kepada 15,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS). "Biasanya per bulan Bulog mengeluarkan raskin sebesar 232 ribu ton," tuturnya. Artinya, lanjut dia, terjadi kekosongan pasokan raskin sebesar 696 ribu ton selama tiga bulan terakhir.
Karenanya, langkah pemerintah untuk menhkompensasi pengadaan beras dengan melaksanakan Operasi Pasar sebanyak 71.000 ton pada Desember-Januari tidak bisa instan dampaknya. "Kosong 700 ton hanya diberi 71 ribu ton. Kami Bulog disuruh jalan, oke, kami sifatnya menyampaikan informasi dan monitoring bersama," katanya.