Rabu 16 Jul 2025 18:35 WIB

Tarif Trump Bisa Lemahkan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global, Kok Bisa?

Perry Warjiyo soroti dampak kebijakan resiprokal AS terhadap negara maju.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keputusan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Mei 2025 yang digelar secara daring, Rabu (21/5/2025).
Foto: Eva Rianti/Republika
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keputusan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Mei 2025 yang digelar secara daring, Rabu (21/5/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan proyeksi melambatnya pertumbuhan ekonomi global dar 3 persen menjadi 2,9 persen. Tertekannya pertumbuhan ekonomi dunia dinilai imbas dari kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Perry mengatakan, ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat setelah pengumuman kenaikan tarif efektif resiprokal AS ke sejumlah negara. Kebijakan kenaikan tarif resiprokal AS tersebut rencananya bakal berlaku mulai 1 Agustus 2025. 

Baca Juga

“Kebijakan kenaikan tarif resiprokal AS diperkirakan akan memperlemah prospek pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya di negara maju,” kata Perry dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juli 2025 yang digelar secara daring, Rabu (16/7/2025). 

Perry menjelaskan, di AS, Eropa, dan Jepang, pertumbuhan ekonomi tengah bergerak pada tren terdepresiasi, di tengah ditempuhnya kebijakan fiskal ekspansif dan pelonggaran kebijakan moneter di negara tersebut.

Di samping itu, kinerja ekonomi China juga diperkirakan masih lemah, di tengah berbagai strategi diversifikasi ekspor. Sedangkan India, BI menilai pertumbuhan ekonominya masih cukup kuat seiring dengan dukungan dari permintaan domestik yang kuat.  

“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 masih belum kuat sekitar 3 persen, dan dengan kecenderungan 2,9 persen,” terangnya.

Perry menekankan, ke depan, kewaspadaan serta respons dan koordinasi kebijakan yang lebih kuat diperlukan guna memitigasi ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global yang masih tinggi, serta menjaga ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.

Dalam kesempatan RDG tersebut, tepatnya di bagian akhir, Perry sempat menyinggung soal keputusan Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif impor untuk produk Indonesia menjadi sebesar 19 persen, dari rencana sebelumnya 32 persen. Namun, ia hanya memberi pernyataan yang singkat. 

“Hasil perundingan tarif dengan AS menurut kami, kami menyambut baik secara positif,” ungkapnya. Pernyataan tersebut terputus karena ada masalah teknis. Konferensi pers diketahui diadakan melalui zoom, dan posisi Perry pada saat itu ada di Afrika Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement