Rabu 20 Aug 2025 16:53 WIB

BI Kurangi SRBI, Posisi Akhir Rp720 Triliun per Agustus 2025

Langkah BI dorong likuiditas pasar uang lewat pengurangan volume lelang SRBI.

Tangkapan layar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Agustus 2025 yang digelar secara daring, Rabu (20/8/2025).
Foto: Eva Rianti/Republika
Tangkapan layar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Agustus 2025 yang digelar secara daring, Rabu (20/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) kembali mengurangi volume lelang dan posisi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk mendukung peningkatan likuiditas di pasar uang dan perbankan, dengan posisi akhir Rp720,01 triliun per 15 Agustus 2025.

“Hingga 15 Agustus 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp720,01 triliun, menurun dari Rp916,97 triliun pada awal Januari 2025,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Baca Juga

Untuk mendukung ekspansi likuiditas, BI juga mengarahkan operasi moneter pada tenor yang lebih pendek. Implementasi primary dealer sejak Mei 2024 turut mendorong transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.

Sementara itu, posisi instrumen Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) pada 15 Agustus 2025 tercatat masing-masing sebesar 4,56 miliar dolar AS dan 460 juta dolar AS. “Untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, Bank Indonesia juga melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal pemerintah,” tambah Perry.

Sepanjang Januari hingga 19 Agustus 2025, BI telah membeli SBN sebesar Rp186,06 triliun, yakni melalui pasar sekunder sebesar Rp137,80 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp48,26 triliun.

Ke depan, Perry menyatakan BI akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan likuiditas. Strategi ini juga ditargetkan mendorong efektivitas transmisi kebijakan moneter. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi dapat didorong dengan tetap menjaga sasaran inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement