REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Baginda Siagian, memaparkan peta sebaran tutupan kelapa sawit nasional. Terlihat, konsentrasi areal terbesar berada di enam provinsi sentra produksi.
Baginda menjelaskan, Riau tercatat sebagai provinsi dengan luasan sawit terluas mencapai sekitar 3,39 juta hektare. Sumatera Utara memiliki sekitar 2,78 juta hektare, disusul Kalimantan Barat 1,81 juta hektare, Kalimantan Tengah 1,78 juta hektare, Kalimantan Timur 1,37 juta hektare, dan Sumatera Selatan 1,37 juta hektare. Enam provinsi tersebut menampung sekitar 76 persen total tutupan sawit Indonesia yang mencapai 16,38 juta hektare.
“Kita lihat angka-angka ini, di enam provinsi ini mungkin sekitar tiga perempat luasan kelapa sawit kita itu berada di sana,” ujarnya di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Pada komposisi pengelolaan, Baginda menuturkan porsi terbesar dikelola perusahaan swasta yang menguasai sekitar 53 persen atau setara 8,64 juta hektare. Perkebunan sawit rakyat mencapai sekitar 42 persen dengan luasan mendekati 6,94 juta hektare. Porsi BUMN berada pada kisaran 5 persen atau sekitar 800 ribu hektare, dan diperkirakan mencapai 900 ribu hektare jika seluruh penambahan lahan masuk perhitungan.
Jumlah petani yang terlibat dalam pengelolaan sawit rakyat mencapai sekitar 2,9 juta orang. Mereka mengelola lahan seluas 6,94 juta hektare yang tersebar di berbagai sentra produksi utama.
Pada sisi produktivitas, Baginda menekankan tantangan terbesar industri sawit terletak pada capaian hasil per hektare yang masih rendah. Produktivitas nasional berkisar 3,6–3,7 ton per hektare per tahun setara CPO. PTPN berada di posisi tertinggi dengan capaian sekitar 4,5 ton per hektare per tahun, sedangkan perkebunan rakyat di kisaran 3,5 ton per hektare per tahun.
“Rata-rata nasional masih berkisar 3,6–3,7 ton per hektare per tahun,” ujarnya.
Perbedaan produktivitas ini menjadi perhatian karena luas areal yang besar tidak selalu berbanding lurus dengan hasil yang diharapkan. Optimalisasi budidaya, peningkatan manajemen kebun, dan peremajaan tanaman menjadi prasyarat untuk mencapai peningkatan produksi yang lebih merata.
Pemetaan ini menegaskan kebutuhan kebijakan terarah di enam provinsi dengan konsentrasi sawit tertinggi. Data tersebut memberikan dasar perencanaan yang lebih presisi dan menjadi rujukan pembinaan industri sawit nasional.
Luas Areal Sawit Berdasarkan Provinsi (ha)
| Pulau | Provinsi | Luas Areal (ha) |
|---|---|---|
| Sumatra | Riau | 3.387.206 |
| Sumatra | Sumatera Utara (Sumut) | 2.780.027 |
| Kalimantan | Kalimantan Barat (Kalbar) | 1.807.643 |
| Kalimantan | Kalimantan Tengah (Kalteng) | 1.776.789 |
| Kalimantan | Kalimantan Timur (Kaltim) | 1.372.066 |
| Sumatra | Sumatera Selatan (Sumsel) | 1.492.366 |
| Sumatra | Jambi | 1.334.640 |
| Sumatra | Aceh | 535.002 |
| Sumatra | Sumatera Barat (Sumbar) | 566.883 |
| Sumatra | Bengkulu | 426.508 |
| Sumatra | Lampung | 268.061 |
| Sumatra | Bangka Belitung (Babel) | 273.842 |
| Kalimantan | Kalimantan Selatan (Kalsel) | 549.953 |
| Kalimantan | Kalimantan Utara (Kaltara) | 234.539 |
| Jawa | Jawa Barat (Jabar) | 14.997 |
| Jawa | Banten | 18.365 |
| Sulawesi | Sulawesi Tengah (Sulteng) | 110.901 |
| Sulawesi | Sulawesi Tenggara (Sultra) | 55.756 |
| Sulawesi | Sulawesi Selatan (Sulsel) | 31.980 |
| Sulawesi | Gorontalo | 11.257 |
| Sulawesi | Sulawesi Utara (Sulut) | 3.950 |
| Kepulauan | Maluku | 14.966 |
| Kepulauan | Maluku Utara | 3.950 |
| Papua | Papua | 110.496 |
| Papua | Papua Barat | 58.656 |
Klasifikasi Luas Areal
- Luas areal > 50.000 ha → mayoritas Sumatra dan Kalimantan (Riau, Sumut, Kalteng, Kalbar, Jambi, Sumsel, dll.)
- Luas areal 10.000–50.000 ha → contoh: Jabar, Maluku, Sulsel, Gorontalo
- Luas areal ≤ 10.000 ha → contoh: Maluku Utara, Sulut.