REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mengalami pertumbuhan sebesar 8,1 persen secara year on year (yoy) pada Oktober 2025. Hal itu diungkapkan dalam Laporan Analisis Perkembangan Uang Beredar (M2) bulan Oktober 2025.
“Penghimpunan DPK pada Oktober 2025 tercatat sebesar Rp 9.153,6 triliun atau tumbuh 8,1 persen (yoy), setelah tumbuh sebesar 8,4 persen (yoy) pada bulan sebelumnya,” tulis BI dalam laporannya, Jumat (21/11/2025).
Pertumbuhan tersebut didorong oleh giro dan simpanan berjangka yang tumbuh masing-masing 13,2 persen (yoy) sebesar Rp 2.864,6 triliun dan 4,9 persen (yoy) sebesar Rp 3.292,5 triliun. Angka-angka tersebut lebih rendah dibandingkan bulan September 2025 yang mengalami pertumbuhan 13,7 persen sebesar Rp 2.874,6 triliun untuk giro dan 5,9 persen sebesar Rp 3.304,5 triliun untuk simpanan berjangka.
Sementara itu, tabungan tumbuh 7,2 persen (yoy) sebesar Rp 2.996,6 triliun, meningkat dibandingkan pertumbuhan tabungan pada bulan sebelumnya 6,4 persen sebesar Rp 2.965,4 triliun.
“Berdasarkan golongan nasabah, pertumbuhan DPK terutama didorong oleh pertumbuhan DPK korporasi sebesar 15,9 persen (yoy) sebesar Rp 4.519,2 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 15,5 persen (yoy) sebesar Rp 4.492,3 triliun,” terangnya.
Sementara, DPK perorangan pada Oktober 2025 tercatat tumbuh 0,7 persen sebesar Rp 4.115,2 triliun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yakni 1 persen sebesar Rp 4.112,9 triliun. Kategori lainnya tercatat tumbuh 7,9 persen sebesar Rp 519,3 triliun, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 13,5 persen sebesar Rp 539,3 triliun.
Laporan yang sama menunjukkan penyaluran kredit pada Oktober 2025 tumbuh melambat. Kredit yang disalurkan per Oktober 2025 mencapai Rp 8.106,8 triliun atau tumbuh 6,9 persen (yoy), dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tumbuh 7,2 persen (yoy).
Perinciannya, penyaluran kredit kepada debitur korporasi tumbuh 10,2 persen sebesar Rp 4.484,7 triliun, lebih rendah dibandingkan pada September 2025 yang tumbuh 10,5 persen sebesar Rp 4.436,6 triliun.
Kemudian, penyaluran kredit kepada perorangan tumbuh 3 persen sebesar Rp 3.557,8 triliun, melambat dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tumbuh 3,2 persen sebesar Rp 3.550,5 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Modal Kerja (KMK) pada Oktober 2025 tumbuh sebesar 2,1 persen (yoy), setelah tumbuh sebesar 2,9 persen pada September 2025. Perkembangan KMK terutama bersumber dari pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sejenisnya serta sektor pertambangan dan penggalian.
Kredit Investasi (KI) pada Oktober 2025 tumbuh sebesar 15 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 14,4 persen (yoy), terutama bersumber dari sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor listrik, gas, dan air bersih.
Sementara, Kredit Konsumsi (KK) pada Oktober 2025 tumbuh sebesar 6,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,3 persen. Capaian tersebut didorong oleh perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Multiguna.
Penyaluran kredit properti tumbuh sebesar 5 persen (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,3 persen (yoy), terutama berasal dari pertumbuhan kredit real estate yang tumbuh 7,7 persen (yoy).
Penyaluran kredit kepada UMKM pada Oktober 2025 terkontraksi sebesar 0,1 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 0,2 persen (yoy). Kontraksi tersebut didorong oleh kredit skala mikro dan menengah yang masing-masing terkontraksi 4,3 persen (yoy) dan 1,4 persen (yoy). Sementara itu kredit UMKM pada skala kecil tumbuh 6,4 persen (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, kontraksi kredit UMKM pada Oktober 2025 dipengaruhi oleh Kredit Modal Kerja yang tumbuh -4,1 persen (yoy).