Rabu 03 Jul 2013 16:05 WIB

Dua Negara Ini Terus Lobi Indonesia Agar Bisa Memasok Bawang

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Bawang
Bawang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Thailand dan Cina masih menjajaki kemungkinan untuk bekerja sama dengan Indonesia terkait distribusi produk hortikultura antarnegara melalui mekanisme mutual recognation agreement (MRA). Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian (Kementan) Banun Harpini menyatakan kedua negara masih melakukan persiapan baik teknis mau nonteknis untuk mewujudkan MRA dengan Indonesia.

"Kalau dengan Thailand, pertukarannya sama-sama bawang merah. Pas kita kelebihan pasokan, kita isi ke Thailand. Sebaliknya Thailand juga akan mengisi pasar kita," ujarnya ditemui di kantor Kementan, Rabu (3/7).

Saat ini menurutnya Thailand tengah berupaya melengkapi syarat yang diminta pemerintah Indonesia. Nantinya ada proses cek dan ricek dari bdan karantina dan juga otorotas perlindungan tanaman nasional. Apabila segala persyaratan teknis dipenuhi, pemerintah Indonesia baru akan mengirimkan tim untuk melakukan cek lapangan ke Thailand.

Proses yang kurang lebih sama juga tengah ditempuh pemerintah Cina. Negara pengimpor bawang putih terbesar ke Indonesia itu tengah berupaya agar produknya bisa masuk ke Indonesia melalui Tanjung Priok. Salah satu produk yang akan dimasukkan Cina adalah bawang putih yang kini dibebaskan dari kuota.

Menteri Pertanian (Mentan) Suswono lalu mengajukan permintaan agar empat hortikultura milik Indonesia bisa masuk ke pasar Cina. Empat komoditas yang diajukan di awal yaitu manggis, salak, alpukat dan sarang burung walet. Namun pada akhirnya hanya komoditas sarang burun walet yang telah mendapatkan sinyal positif dari pemerintah Cina. Potensi ekspor sarang burung walet ke Cina mencapai Rp 7 triliun setiap tahunnya. Jika berjalan lancar, rencana ini akan diwujudkan tahun depan.

Tanpa MRA, hanya negara tertentu yang bisa memasukkan produknya melalui Tanjung Priok. Direktur Jendral Pengolahan dan Pemasaran (P2HP) Kementan, Haryono mengatakan pemerintah harus melakukan pengaturan untuk menjaga keseimbangan pasokan, stabilitas harga dan distribusi kebutuhan. "Pemerintah harus mengatur supaya tidak bermain sendiri- sendiri. Tanjung priuk umumnya tertutup hanya untuk yg mendapat MRA seperti Amerika, Selandia baru dan Kanada," ujarnya, Rabu (3/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement