REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memaparkan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kementerian Keuangan 2026 di rapat kerja perdananya bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (10/9/2025). Dalam paparannya, Purbaya menyinggung peran Danantara, sovereign wealth fund Indonesia, sebagai motor percepatan investasi produktif.
Menurut Purbaya, percepatan investasi ke depan tidak hanya mengandalkan APBN, tetapi juga didorong peran swasta dan Danantara. "Investasi strategis yang dilakukan oleh Danantara diarahkan untuk mendukung sektor produktif bernilai tambah tinggi, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Ia menekankan, APBN tetap berperan sebagai katalis, mendorong swasta dan Danantara berkontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, sekaligus memperkuat pembangunan infrastruktur prioritas, seperti perumahan, ketahanan pangan, energi, pendidikan, dan kesehatan.
Purbaya juga menekankan pentingnya kolaborasi antara APBN, Danantara, dan sektor swasta. Strategi ini diharapkan meningkatkan kontribusi investasi produktif hingga 2029, mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan menciptakan lapangan kerja.
Secara makro, Purbaya mencatat perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan. Pada kuartal II 2025, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,12 persen (yoy). Adapun pada 2026 diproyeksikan tumbug 5,4 persen, dengan konsumsi rumah tangga dan investasi masing-masing 5,2 persen. Neraca perdagangan surplus 29 miliar dolar AS hingga Agustus 2025, ekspor 185,3 miliar dolar AS, impor 156,3 miliar dolar AS, dan aliran modal asing ke SBN mencapai Rp77,02 triliun.
RAPBN 2026 akan difokuskan pada delapan agenda prioritas, termasuk ketahanan pangan dan energi, MBG, pendidikan bermutu, kesehatan berkualitas, pembangunan desa, UMKM, pertahanan, serta akselerasi investasi dan perdagangan global.