Kamis 04 Dec 2025 15:39 WIB

Komisi IV DPR Sebut Peran Penting Ahli Gizi dalam Program MBG

Endang menegaskan perlunya ahli gizi di setiap SPPG.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Siswa menyantap hidangan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Pejaten Barat 01 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (29/9/2025).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Siswa menyantap hidangan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Pejaten Barat 01 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (29/9/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Komisi IV DPR Endang Setyawati Thohari menegaskan peran penting ahli gizi dalam Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Endang menyebut kesiapan SPPG menjadi kunci utama keberhasilan program Presiden Prabowo Subianto tersebut.

"Kita menyarankan pemerintah untuk lihat lagi bagaimana kesiapan dari SPPG dan itu sangat berkaitan dengan ahli-ahli yang menangani. Jadi, kita sarankan untuk di setiap SPPG itu ada ahli gizinya," ujar Endang saat diskusi publik bertajuk “Outlook Sektor Pertanian 2026: Strategi Mewujudkan Kemandirian Pangan Nasional” di Restoran Tjikinii Lima, Jakarta, Kamis (4/12/2025).

Baca Juga

Endang menegaskan perlunya ahli gizi di setiap SPPG agar kebijakan berjalan tepat sasaran. Ia menilai polemik keberadaan ahli gizi pada SPPG tak lepas dari belum rampungnya harmonisasi regulasi.

"Jadi, memang kemarin itu agak tergesa-gesa ya kalau saya lihat karena peraturan-peraturan tadi harmonisasi belum mendukung. Jadi, mestinya ada dari Kementerian Kesehatan dan BPOM yang ikut berkontribusi," ucapnya.

Ia juga mendorong keterlibatan universitas yang memiliki banyak fakultas dengan pakar gizi. Menurutnya, peraturan yang sempat dirancang melalui yayasan kini tengah diperbarui agar lebih sinkron.

Endang menilai program tersebut berpotensi menciptakan lapangan kerja baru sekaligus menyalurkan hasil pertanian kepada MBG. Ia menyebut pembenahan regulasi penting agar manfaat program dapat dirasakan lebih luas.

"Nah, kemudian yang penting bisa menciptakan lapangan kerja baru dan hasil-hasil pertanian bisa disalurkan kepada MBG," sambung Endang.

Namun, ia mengakui adanya kendala di lapangan, terutama kenaikan harga sayur-mayur yang dikeluhkan masyarakat. Endang menilai distribusi yang belum merata menjadi penyebab utama gejolak tersebut.

"Cuma tadi ada kendala. Jadi, harga-harga naik. Ibu-ibu pada menjerit nih banyak yang Whatsapp saya dengan adanya MBG, harga sayur-mayur naik. Nah, ini karena pendistribusiannya belum merata," lanjut dia.

Endang meminta pemerintah memperbaiki sistem distribusi serta memberdayakan kelompok wanita tani yang berada dekat dengan titik MBG. Endang menyebut pelibatan petani lokal dapat menstabilkan rantai pasok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement