Jumat 18 Apr 2025 19:17 WIB

Impor Pangan Jadi Bagian Negosiasi Penurunan Tarif AS? 

AS selama ini telah rutin mengekspor produk pangan ke Indonesia.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah mendorong peningkatan impor bahan baku pangan dari Amerika Serikat, (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah mendorong peningkatan impor bahan baku pangan dari Amerika Serikat, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah mendorong peningkatan impor bahan baku pangan dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari strategi negosiasi penurunan tarif impor terhadap produk ekspor Indonesia. Airlangga menyampaikan AS selama ini telah rutin mengekspor produk pangan ke Indonesia.  

"Kita selama ini telah melakukan impor pangan dari AS seperti gandum, kedelai, dan susu kedelai," ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual bertajuk "Perkembangan Terkini Negosiasi dan Diplomasi Perdagangan Indonesia-AS dari AS, Jumat (18/4/2025).

 

Airlangga memastikan peningkatan impor ini tidak akan mengganggu program swasembada pangan yang tengah dijalankan pemerintah. Airlangga menegaskan pembelian dari AS akan dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan nasional tanpa menekan produksi dalam negeri. 

 

"Swasembada pangan sama sekali tidak terganggu dengan apa yang direncanakan dibeli dari AS," ucap Airlangga. 

 

Airlangga menjelaskan impor bahan pangan selama ini juga dilakukan dari berbagai negara lain, seperti Australia dan Ukraina. Dengan kebijakan tersebut, ucap Airlangga, Indonesia hanya melakukan pengalihan sumber impor untuk memperkuat hubungan dagang dengan AS. "Kita hanya melakukan pengalihan daripada impor bahan baku pangan tersebut," sambung Airlangga. 

 

Dalam negosiasi bilateral, Airlangga mendorong sektor-sektor padat karya seperti garmen, alas kaki, furnitur, dan perikanan mendapat prioritas dalam penyesuaian tarif. Hal ini penting untuk menjaga lapangan kerja dan mempertahankan daya saing produk-produk ekspor utama Indonesia. 

 

"Yang menjadi perhatian adalah sektor yang banyak menciptakan lapangan kerja seperti garmen, alas kaki, dan furnitur," ucap Airlangga. 

 

Airlangga juga menekankan pentingnya kesetaraan perlakuan tarif untuk sektor elektronik, terutama produk consumer goods seperti peralatan rumah tangga. Airlangga meminta seluruh kategori produk elektronik memperoleh keringanan tarif yang sama seperti ponsel dan semikonduktor. 

 

"Home appliance termasuk yang kita minta agar mendapatkan treatment yang sama," sambung Airlangga. 

 

Airlangga menargetkan kerangka kerja sama ekonomi ini mampu menyelaraskan tarif perdagangan antara kedua negara secara adil dan saling menguntungkan. Selain dengan AS, ucap Airlangga, Indonesia juga mempercepat penyelesaian perjanjian dagang dengan Uni Eropa (UE) melalui EU-CEPA. 

 

"Indonesia mendorong kerangka kerja sama ini nantinya menyelesaikan harmonisasi tarif dengan AS maupun mitra lainnya," ucap Airlangga. 

 

Airlangga menambahkan upaya diplomasi ekonomi lain juga dilakukan Indonesia dengan negara lain seperti Australia dan mitra dalam Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) untuk memperluas pasar ekspor Indonesia. Airlangga optimistis perundingan 60 hari dengan AS akan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan meski ada tantangan tarif yang lebih tinggi. "Indonesia optimistis perundingan 60 hari diharapkan bisa mencapai nilai yang positif," kata Airlangga.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement