REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Permintaan masyarakat India terhadap minyak nabati terus meningkat. Sementara produksinya masih stagnan, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan jumlah produksi dan konsumsi.
Executive Director The Solvent Extractor's Association of India BV Mehta mengatakan, perkembangan sektor minyak nabati di India masih baik sampai tahun 1900-an. Hanya saja karena keterbukaan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat, permintaan minyak itu naik.
Hal tersebut, kata dia, menyebabkan ketergantungan terhadap impor minyak nabati saat ini mencapai 65 persen. "Ini cukup mengkhawatirkan. Saat produksi minyak nabati meningkat perlahan, permintaan meningkat pesat, dan menyebabkan peningkatan impor," ujar Mehta dalam hari kedua Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 and 2024 Price Outlook di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (3/11/2023).
Ia menjelaskan, demi mengatasi ketimpangan permintaan dan suplai, India melakukan impor sejak 1990-an. Awalnya, volume impor masih sangat kecil, namun dalam waktu 20 tahun volume impor naik 2,6 kali lipat dan biaya impor yang harus dikeluarkan pun meningkat hampir 17 kali lipat.
Mehta menyebutkan, penggunaan cadangan kas negara hampir 20 miliar dolar AS untuk impor. "Ini memaksa pemerintah mencari solusi dengan menekan impor dan meningkatkan produksi minyak nabati domestik," tuturnya.
Disebutkan, komoditas utama yang diimpor India yaitu minyak kelapa sawit. Sebanyak 60 persen atau mayoritas diperoleh dari Indonesia, Malaysia, dan sedikit dari Thailand.
Sunflower Oil (SFO) dan Soybean Oil (SBO) mendominasi total impor hingga 40 persen. SBO diimpor dari Argentina, Brazil, dan Amerika Serikat. Sedangkan, SFO diimpor dari Ukraina, Rusia, dan Argentina.
"Karena konflik Rusia-Ukraina serta ketidakpastan stabilitas di laut hitam, Rusia menjadi eksportir terbesar ke India," jelas Mehta.
Ia menambahkan, konsumsi minyak kelapa sawit mencapai 25 juta ton atau 33 persen dari total konsumsi minyak nabati nasional India, yang diikuti oleh minyak kedelai sebanyak 24 persen dan minyak bunga matahari sebesar 8 persen.
Hingga Oktober 2023, volume impor mencapai 16,5 juta ton sejak 2022. Angka itu meningkat jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya 14 juta ton.
Sejak November 2022 hingga Oktober 2023, impor minyak kelapa sawit India meningkat hingga 9,9 juta ton, dibandingkan dengan 7,91 juta ton pada tahun lalu. "Hal ini didorong oleh harga minyak nabati yang menurun dan mendorong permintaan," katanya.