REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — BTN tetap menargetkan pertumbuhan kredit 8–8,5 persen pada 2025 meski telah melepas unit usaha syariah (UUS) menjadi bagian dari Bank Syariah Nasional. Proyeksi ini dipasang setelah pertumbuhan kredit per Oktober mencapai 8 persen, sedikit melampaui rata-rata industri di kisaran 7,8–7,9 persen.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan capaian tersebut menjadi dasar penetapan target hingga akhir tahun. “Hingga Oktober 2025, pertumbuhan kredit BTN tercatat 8 persen, sedikit di atas rata-rata pasar yang berada di kisaran 7,8–7,9 persen. Target kami sampai akhir tahun tetap berada di kisaran 8–8,5 persen untuk mempertahankan posisi di pasar,” ujarnya dalam RUPSLB BTN di Jakarta, Selasa (18/11/2025).
BTN memastikan pelepasan UUS tidak mengganggu fokus perseroan pada pembiayaan perumahan. Nixon menyebut sektor tersebut tetap menjadi penopang intermediasi, didukung pembiayaan konstruksi dan perluasan layanan consumer banking.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang mencapai 13 persen memperkuat ruang ekspansi, dan setelah dikurangi penempatan dana pemerintah Rp25 triliun, pertumbuhan masih berada di kisaran 9–10 persen.
Kesehatan bank dilaporkan membaik seiring penurunan rasio kredit bermasalah yang diperkirakan lebih rendah dibandingkan September. “Kinerja bank masih sangat baik. Kondisi pasca-Covid sudah lebih stabil, dan kami berharap kesehatan bank akan semakin baik di tahun depan sehingga mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi lagi,” ujar Nixon.
Sepanjang 2025, BTN mencatat laba bersih Rp2,3 triliun pada kuartal III atau tumbuh 10,6 persen secara tahunan. Kenaikan tersebut ditopang pendapatan bunga yang meningkat 18,8 persen menjadi Rp26,57 triliun, sementara beban bunga hanya naik 2,5 persen. Kondisi ini mendorong net interest margin naik menjadi 3,9 persen dari sebelumnya 2,9 persen.
Efisiensi biaya juga membaik dengan penurunan cost-to-income ratio menjadi 47,8 persen dari 59,9 persen pada periode yang sama tahun lalu. Dari sisi pendanaan, DPK tumbuh 16 persen secara tahunan menjadi Rp429,92 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri sebesar 11,18 persen. Deposito ritel menjadi pendorong utama karena menawarkan biaya dana yang lebih rendah.
Transformasi digital ikut memperkuat kinerja BTN melalui Bale by BTN yang kini memiliki 3,2 juta pengguna. Jumlah transaksi naik 96 persen menjadi 1,53 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp71,9 triliun.
Penyaluran kredit dilaporkan tumbuh 7 persen menjadi Rp381,03 triliun hingga kuartal III 2025, didominasi kredit perumahan sebesar Rp322,53 triliun atau naik 6,4 persen. Kredit non-perumahan tumbuh lebih tinggi yakni 10,7 persen.
Penyaluran KPR Sejahtera Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) juga meningkat menjadi Rp186,58 triliun atau tumbuh 8 persen secara tahunan. Pemerintah memberikan kuota FLPP 350 ribu unit pada 2025 dengan alokasi 220 ribu unit untuk BTN.
Likuiditas yang terjaga membuat loan-to-deposit ratio turun menjadi 88,6 persen dari sebelumnya 96 persen, memberi ruang lebih besar bagi penyaluran kredit. Total aset BTN kini mencapai Rp510,85 triliun hingga September 2025 atau tumbuh 12,2 persen secara tahunan.