Kamis 21 Sep 2023 14:39 WIB

Ketidakpastian Ekonomi Global Tinggi, BI Tetap Tahan Suku Bunga

BI mengungkapkan saat ini ketidakpastian ekonomi global masih tinggi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan saat ini ketidakpastian ekonomi global masih tinggi. Meskipun begitu, Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan suku bunga acuan bank sentral Indonesia tetap dipertahankan pada level 5,75 persen.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20 dan 21 September 2023, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI September 2023, Kamis (21/9/2023).

Baca Juga

Dia menambahkan, suku bunga deposit facility juga tetap sebesar 5,00 persen. Lalu, suku bunga lending facility juga masih tetap sebesar 6,50 persen.

Perry menegaskan, fokus kebijakan BI diarahkan sebagai konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali pada kisaran tiga plus minus satu persen. Lalu inflasi dapat turun menjadi 2,5 plus minus satu persen pada 2024.

"Fokus kebijakan moneter diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dan mitigasi dari dampak rambatan ketidakpastian pasar global," ujar Perry.

Perry menambahkan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, kebijakan makroekonomi longgar tetap dilakukan. Hal tersebut untuk memperkuat efektivitas pemberian insentif kepada perbankan guna mendorong kredit pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif dan hijau.

Sebelumnya, peneliti makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky memproyeksikan suku bunga acuan tetap sebesar 5,75 persen. Hal tersebut sejalan dengan laju inflasi yang masih stabil 3,27 persen secara tahuan pada akhir bulan lalu.

"BI perlu mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini sebesar 5,75% bulan ini," ujarnya dalam riset LPEM FEB UI, Kamis (21/9/2023).

Selain itu, Riefky memprediksi pertumbuhan ekonomi domestik lebih kuat dari perkiraan pada kuartal II tahun ini, seiring permintaan domestik yang kuat. Meskipun terjadi arus keluar modal dari pasar keuangan Indonesia karena The Fed kembali menaikkan suku bunga pada FOMC pada Juli lalu, surplus neraca perdagangan lebih tinggi pada Agustus 2023 dibandingkan Juli 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement