REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia Digital Association (IDA) sebagai asosiasi yang menaungi para pelaku di industri periklanan digital di Tanah Air menyebutkan tren beriklan di marketplace atau pasar daring kini semakin naik daun dan akan berkembang dalam beberapa tahun ke depan.
Chairman IDA Dian Gemiano menyebutkan hal itu ketika menjelaskan tren beriklan yang dilakukan para pengusaha dan merek untuk meningkatkan pertumbuhan pasarnya di tengah kondisi disrupsi digital. "Jadi awalnya beriklan itu dari media konvensional seperti media cetak dan TV, lalu dalam kurun waktu sekitar 10 tahun terakhir semuanya mulai beralih ke media digital. Ada juga dari tadinya tren beriklan di pos media atau gerai-gerai seperti minimart, sekarang beralih ke platform marketplace seperti e-commerce," kata Gemi dalam diskusi bersama AppsFlyer dan Line Bank di Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Sebagai contoh kasus, industri tekfin menjadi salah satu yang kini mulai merambah beriklan di e-commerce untuk menggaet dan meningkatkan pertumbuhan pengguna maupun transaksinya. Hal itu tidak dapat dipungkiri mengingat di dalam e-commerce sebagai platform digital memudahkan penggunanya untuk melakukan transaksi secara daring.
Transaksi secara daring itu sejalan dengan fungsi tekfin yang memanfaatkan teknologi untuk solusi-solusi di bidang keuangan. "Perusahaan-perusahaan termasuk fintech itu sekarang spending (beriklannya) sudah di media yang i. Jadi mengutamakan akuisisi seperti mengajak instal aplikasi dan sejenisnya. Jadi sekarang bukan lagi menargetkan awareness tapi sudah ke akuisisi. Dan performanya memang lebih cepat bertumbuh mengingat di media tersebut ada transaksinya," kata Gemi.
Jika melihat dari sisi industri tekfin, maka besar kemungkinan tren beriklan di marketplace tersebut akan tetap berkembang dan membantu pertumbuhan tekfin dengan lebih cepat. Dari sisi positifnya pemanfaatan ruang digital khususnya marketplace sebagai ruang iklan diharapkan mampu membuat literasi terkait keuangan digital bisa lebih meningkat dan membuat masyarakat Indonesia lebih cepat beradaptasi dengan layanan digital.
Sementara itu bagi media konvensional dan media daring, Gumi menyebutkan kondisi tersebut harus menjadi tantangan untuk bisa menjawab kebutuhan pasar terkait iklan sehingga dapat tetap berkompetisi dengan imbang dan sehat.