REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (PPN) Mars Ega Legowo Putra mengatakan kinerja pemasaran PPN terus menunjukkan tren positif. Hingga akhir Oktober 2025 PPN mencatat volume penjualan bahan bakar minyak (BBM) mencapai 87 juta kiloliter (KL).
Menurutnya, dari total volume tersebut, sebanyak 41 persen berasal dari BBM nonsubsidi. Produk tersebut mengalami peningkatan permintaan di berbagai wilayah. “Volume penjualan sampai dengan Oktober 2025 sebanyak 87 juta kiloliter, di mana 41 persen dari penjualan tersebut adalah kontribusi pendapatan dari produk-produk non-subsidi,” ujar Mars Ega dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip Selasa (18/11/1015).
Pertamina Patra Niaga menilai pergeseran komposisi penjualan menjadi sinyal penguatan pasar produk non-subsidi yang lebih kompetitif. PPN juga menerapkan digitalisasi untuk memantau penyaluran produk subsidi melalui sistem QR Code, termasuk pengendalian kuota solar dan pertalite yang tetap terjaga di bawah pagu tahun ini. Pengawasan diperkuat melalui identifikasi fraud terhadap ratusan ribu transaksi yang terindikasi tidak sesuai.
Mars Ega menyampaikan, perusahaan turut mendorong pertumbuhan produk ramah lingkungan, salah satunya Pertamax Green, yang kini tersedia di 168 SPBU di lima provinsi. Pertumbuhan penjualan produk ini tercatat kurang lebih 80 persen dibanding 2024. Patra Niaga memandang tren tersebut sebagai penanda meningkatnya preferensi publik terhadap BBM berkualitas lebih baik.
Untuk sektor korporasi, PPN memperluas layanan B2B melalui program Pertamina One Solution. Program tersebut menyediakan layanan BBM, pelumas hingga manajemen logistik bagi konsumen industri, termasuk penguatan layanan aviasi dan pengembangan produk baru untuk kebutuhan penerbangan.
Kinerja positif hingga triwulan keempat 2025 menjadi dasar Patra Niaga dalam menyusun strategi 2026. Perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan tetap terjaga melalui perluasan pasar, efisiensi distribusi, dan pengembangan produk bernilai tambah.