REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) menetapkan harga beli gula petani pada musim giling 2022 minimal sebesar Rp 11.500 per kilogram (kg). Penetapan harga beli gula itu naik Rp 1.000 per kg dari harga tahun 2021 lalu.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi kepada Republika.co.id, Ahad (29/5/2022) mengatakan, penetapan harga beli gula petani telah disepakati bersama dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI). Seluruh pabrik gula dapat mengikuti ketentuan harga itu dalam musim giling tahun ini.
"Betul harga petani Rp 11.500 per kg minimal dan sudah (dikomunikasikan) dengan Ketua APTRI, Pak Soemitro," kata Arief.
Dia menjelaskan, karena harga Rp 11.500 per kg merupakan minimal, maka diperbolehkan harga lelang lebih tinggi. Itu tentunya akan bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan petani.
"Namun, untuk harga hilir ditetapkan sebesar Rp 13.500 per kg dan harus dijaga pada level tersebut," ujarnya.
Lebih lanjut, Arief mengatakan, pabrik-pabrik gula yang dikelola BUMN maupun perusahaan swasta harus menjaga keseimbangan harga baik dari tingkat petani di hulu maupun konsumen di sisi hilir.
Dia mencontohkan, seperti Pabrik Gula Krebet di Malang, Jawa Timur yang bisa dijadikan contoh karena kemitraan dengan petaninya sudah terjalin lebih dari 50 tahun. Pabrik tersebut juga 100 persen milik BUMN yang dikelola Holding Pangan ID Food dan bekerja sama dengan petani.
“Saya juga menghimbau pedagang yang terlibat dalam komoditas terutama gula, jangan maunya beli murah terus, kalau pemerintah menyampaikan harganya Rp 11.500 per kg, berarti harga lelang di bawah itu ya dibatalkan," kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama ID Food, Frans Marganda Tambunan menambahkan, saat ini, pabrik gula yang dikelola seluruh anggota holding telah memulai musim giling tebu petani. “Target produksi gula dari musim giling tahun ini sebesar 283.691 ton," ujarnya.
Frans menjelaskan, target produksi gula tersebut bersumber dari perkiraan jumlah tebu tergiling sebanyak 3,6 juta ton tebu dengan produktivitas sebesar 76 ton per ha dan target rendemen sebesar 7,74 persen.