Rabu 11 Jun 2025 14:49 WIB

Produksi Jagung Surplus, Badan Pangan Ungkap Swasembada Semakin Dekat

Produksi jagung nasional mengalami surplus terhadap konsumsi.

Petani memanen jagung di persawahan Desa Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (24/1/2024).
Foto: ANTARA FOTO /Anis Efizudin
Petani memanen jagung di persawahan Desa Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (24/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan, produksi jagung nasional mengalami surplus terhadap konsumsi, sehingga swasembada jagung semakin dekat terwujud dan mendukung visi Indonesia jadi lumbung pangan dunia.

"Pencapaian swasembada jagung optimistis semakin terwujud oleh Indonesia. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia ke depan tidak hanya swasembada jagung, tetapi juga mampu menjadi lumbung pangan dunia," kata Arief dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (11/6/2025).

Baca Juga

Dia menyampaikan hal itu tampak pada pergerakan capaian produksi jagung pipilan kering kadar air 14 persen (JPK KA 14 persen) Januari-Juli tahun ini yang terus mampu melampaui kebutuhan konsumsi nasional. Arief menyebutkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi JPK KA 14 persen hingga Juli diperkirakan dapat mencapai 9,45 juta ton atau meningkat 11,08 persen dibandingkan Januari-Juli 2024.

Ia menuturkan produksi jagung dalam negeri menunjukkan peningkatan pesat yang kini telah mampu menembus pasar ekspor, sejalan dengan visi Presiden Prabowo menjadikan Indonesia tidak hanya swasembada, tetapi juga lumbung pangan dunia.

Badan Pangan Nasional menyatakan telah menghitung keseimbangan antara produksi dan konsumsi jagung nasional selama Januari hingga Juli 2025 dan mencatatkan adanya surplus yang signifikan di tingkat nasional. Surplus tersebut menunjukkan kebutuhan konsumsi telah terpenuhi, sementara kelebihan produksi jagung dapat dimanfaatkan untuk ekspor maupun penambahan stok dalam skema Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

"Dari proyeksi produksi JPK KA 14 persen tersebut yang berada di angka 9,45 juta ton, dalam analisis Bapanas ada potensi kehilangan atau tercecer yang ditetapkan sebesar 4,62 persen. Dengan itu, produksi bersih Januari-Juli menjadi 9,01 juta ton," ujar Arief.

Selanjutnya menurut Proyeksi Neraca Jagung per 2 Juni 2025, kebutuhan konsumsi bulanan dari Januari sampai Juli diperkirakan berada di angka 8,63 juta ton. Surplus pun tercatat berada di angka 380 ribu ton dari hasil produksi bersih JPK KA 14 persen 9,01 juta ton dikurangi konsumsi 8,63 juta ton.

Namun, hal penting yang perlu dijaga adalah kestabilan harga jagung di tingkat petani agar nilai tukar petani tidak mengalami penurunan, sesuai arahan dari Presiden Republik Indonesia.

Badan Pangan Nasional turut berperan dalam menjaga keseimbangan tersebut dengan memfasilitasi penyaluran stok jagung petani dari NTB ke berbagai daerah konsumen di luar wilayah tersebut.

Ia menambahkan tren rara-rata harga jagung pipilan kering di tingkat produsen secara nasional, terlihat mulai ada pergerakan kenaikan yang cukup signifikan.

Dalam Panel Harga Pangan Bapanas awal Mei rata-rata harga mencapai Rp4.769 per kilogram (kg). Terbaru, per 11 Juni 2025 pukul 10.12 WIB meningkat menjadi Rp4.903 per kg.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement