Senin 23 Aug 2021 06:01 WIB

Moncernya Kinerja 4 Bank BUMN di Tengah Tekanan Pandemi

Bank-bank BUMN membukukan laba bersih lebih dari Rp 30 triliun pada tengah 2021 ini

Kinerja Bank-Bank BUMN: Menteri BUMN Erick Thohir menyambangi kegiatan pelaku UMKM di Desa Kentong, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Ahad (22/8). Erick memetakan bank-bank BUMN berbasis kekuatan dan kelebihan masing-masing bisnisnya.
Foto: Dok. Kementerian BUMN
Kinerja Bank-Bank BUMN: Menteri BUMN Erick Thohir menyambangi kegiatan pelaku UMKM di Desa Kentong, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Ahad (22/8). Erick memetakan bank-bank BUMN berbasis kekuatan dan kelebihan masing-masing bisnisnya.

REPUBLIKA.CO.ID. -- Oleh Novita Intan, Lida Puspaningtyas

Bank-bank badan usaha milik negara (BUMN) mencatat kinerja moncer pada triwulan II 2021 di tengah tekanan kuat pandemi covid-19. Secara total, empat bank BUMN yang tergabung dalam Himbara membukukan laba bersih lebih dari Rp 30 triliun di paruh tahun 2021 ini.

Bank BRI dan Bank Mandiri masih memimpin perolehan labah bersih yang masing-masing meraih Rp 12,5 triliun pada triwulan II 2021. Disusul Bank BNI dan BTN dengan masing-masing laba bersih Rp 5 triliun dan Rp 920 miliar.

Tekanan hebat krisis akibat pandemi covid-19 sejak setahun lalu menyebabkan bank-bank BUMN ini melakukan inovasi dan terobosan untuk menjaga kinerja tetap bagus. Dukungan kuat dari pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi salah satu dasar terjaga baiknya kinerja bank-bank Himbara.

Laba Bersih BRI Naik Jadi Rp 12,54 Triliun

BRI membukukan laba bersih Rp 12,54 triliun pada semester satu 2021. Adapun realisasi ini naik 22,94 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 10,20 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan kenaikan ini seiring pendapatan bunga sekaligus beban bunga dana yang turun di tengah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). 

“Perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih 29,15 persen secara tahunan menjadi Rp 47,14 triliun,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (6 Agustus 2021).

Perseroan membukukan pendapatan dari komisi/provisi/fee dan administrasi sebesar 9,5 persen menjadi Rp 8,17 triliun. Kendati demikian, beban penurunan nilai aset (impairment) naik dua kali lipat menjadi Rp 18,84 triliun. 

Baca juga : Kekacauan di Afghanistan Bisa Pengaruhi Hubungan AS-ASEAN

Beban lainnya naik cukup signifikan 30 persen menjadi Rp 14,07 triliun. Dari sisi kredit, perseroan membukukan baki fungsi administrasi senilai Rp 929,41 triliun, naik 3,32 persen dari posisi awal tahun. 

Dana pihak ketiga BRI tercatat Rp 1.094,4 triliun, terpangkas tipis dari awal tahun ini Rp 1.121,1 triliun. Maka demikian aset emiten berkode BBRI sebesar Rp 1.450,9 triliun. 

Adapun rasio kecukupan modal perseroan berada pada 19,63 persen, dan diikuti dengan rasio NPL gross 3,27 persen. Tercatat restrukturisasi kredit rupiah sebesar Rp 209,61 triliun.

BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 929,40 triliun pada semester satu 2021. Adapun realisasi ini tumbuh dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 922,97 triliun.

Sunarso mengatakan pertumbuhan kredit BRI positif dan di atas rata rata industri perbankan nasional. Jika dirinci lebih lanjut, kredit mikro sebesar Rp 366,56 triliun atau tumbuh 17 persen yoy. 

“Hal ini memperkuat komitmen BRI untuk fokus dalam pengembangan bisnis mikro dengan komposisi kredit mikro mencapai 39,44 persen dari total penyaluran kredit BRI. Hal ini juga on the track menuju komposisi kredit mikro minimal 45 persen pada 2025,” kata Sunarso.

Pencapaian ini membuat proporsi kredit UMKM meningkat menjadi 80,62 persen dibanding 78,58 persen pada periode yang sama tahun lalu. Selain kredit mikro, kredit konsumer tumbuh 3,54 persen menjadi sebesar Rp 145,94 triliun pada akhir kuartal dua 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement