REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Serangan pesawat tak berawak atau drone yang diklaim gerilyawan Houthi di Yaman membuat pasokan minyak Arab Saudi terpuruk. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pun menyatakan, serangan itu juga mencederai AS dan ekonomi global.
Harga minyak dapat melonjak hingga 10 dolar AS per barel usai serangan drone menghantam dua fasilitas Aramco di Khurais dan Abaiq. Laporan sejumlah media internasional, kerugian akibat ledakan adalah hilangnya produksi minyak sebanyak 5,7 juta barel atau 50 persen dari produksi minyak Saudi.
Meskipun masih terlalu dini untuk mengklaim tingkat kehancuran dan perkiraan lamanya fasilitas akan ditutup untuk pemulihan, para pakar minyak mengatakan dampak pada harga komoditas bisa sampai menjadi dua digit. Direktur manager peneliti di Clear View Energy Partners LLC, Kevin Book mengatakan, dampak harga minyak akan tergantung pada waktu pemulihan usai serangan. Dampaknya bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
"Asumsi dasar kami, yang menggabungkan penilaian publik atas kapasitas cadangan minyak strategis dan kapasitas cadangan OPEC, menyiratkan kekurangan bersih 1 MM bbl/d, atau setidaknya 6 dolar AS/bbl premium hingga ke harga jangkauan 60 dolar AS," kata Book dalam sebuah catatan seperti dilansir CNBC, Senin (16/9).
"Pahitnya dari pasokan ini, dan dengan asumsi shut down tiga minggu, kami menyiratkan naik 10 dolar AS/bbl," ujarnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap 0,4 persen lebih rendah pada 54,85 dolar AS pada Jumat. Sementara minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan 0,2 persen lebih rendah pada 60,25 dolar AS per barel.
Melansir CNN, Senin, (16/9), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) meloncat lebih dari 10 persen ke harga 61 dolar AS per barel dan minyak berjangka Brent naik 11,77 persen ke posisi 68 dolar AS per barel di perdagangan Asia.
Dampaknya diperkirakan lebih kecil dari yang diperkirkan. Sebab Aramco kini dilaporkan tengah memperbaiki fasilitasnya sekitar sepertiga dari output minyak mentahnya pada Senin.
Presiden dan CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan, tidak ada korban luka dalam serangan Houthi yang menerbangkan 10 drone. Ia melaporkan, kru darurat berhasil menahan kebakaran yang lebih besar dan mengendalikan situasi. "Pekerjaan sedang dilakukan untuk memulihkan produksi dan informasi pembaruan akan diberikan dalam waktu sekitar 48 jam," ujar Nasser Sabtu lalu.
Pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Houthi juga dilaporkan telah berada di balik serangkaian serangan terhadap pipa, tanker, dan infrastuktur Saudi lainnya dalam beberapa tahun terakhir, ketika ketegangan meningkat di antara Iran dan AS serta mitra seperti Arab Saudi.
"Dengan asumsi kerusakan yang ada, pertanyaan besar berikutnya adalah dari mana datangnya drone," kata presiden di Rapidan Energy Group, Bob McNally.
Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman mengatakan, Kerajaan akan memberikan kompensasi sebagian dari produksi kepada pelanggan dari cadangannya. "Mengingat implikasi dari serangan langsung pada fasilitas Saudi ini, tebakan saya setidaknya 5 dolar AS dengan potensi lebih banyak," kata Direktur Riset IAF Advisors Kyle Cooper.
Kepala perdagangan energi Seaport Global, Roberto Friedlander, mengatakan kenaikan harga minyak tergantung pada waktu perubahan haluan sehingga minyak bisa 10 dolar per barel. "Jika itu beberapa hari, Saudi sedang bekerja memulihkan produksi dan akan memberikan lebih banyak informasi dalam 48 jam ke depan, dampaknya lebih besar kemungkinannya menjadi tiga-lima dolar AS untuk minyak mentah," kata Friedlander.