REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan, realisasi kawasan industri halal akan sangat membantu kalangan industri makanan dan minuman (mamin) kalangan menengah ke bawah. Sebab, sejauh ini, implementasi aspek halal seperti tayyiban atau good manufacturing production (GMP) berbiaya mahal.
Sedangkan, kata Rachmat, dari 1,6 juta pelaku industri mamin, hanya ada sekitar 400 ribu pelaku saja yang sudah melakukan sertifikasi halal. Itu pun, menurut dia, hanya kalangan pelaku industri kelas menengah ke atas. Artinya, keberadaan kawasan industri halal akan sangat membantu para pelaku usaha.
“Itu (kawasan industri halal) akan sangat membantu sekali, mereka hanya perlu keluarkan biaya-biaya administrasi saja nantinya,” kata Rachmat saat dihubungi Republika, Jumat (21/6).
Lebih lanjut, Rachmat memastikan, jika pemerintah serius mengembangkan kawasan industri halal, pihaknya siap untuk membantu merealisasikannya dengan mengirim anggota-anggota Gapmmi untuk berkontribusi. Kontribusi yang dimaksud dapat berupa masukan rancangan industri halal maupun keikutsertaan para anggota Gapmmi.
Kendati demikian, dia menjelaskan, pada dasarnya para pelaku industri mamin sudah sedari dulu menerapkan aspek kehalalan meski tidak semua pelaku industrinya mendapatkan sertifikasi halal tersebut.
Dia menambahkan, kendala mahalnya sertifikasi halal bukan berada di aspek sertifikasinya itu sendiri, melainkan pemenuhan aspek GMP. “Kan dalam GMP itu juga kita harus pastikan bahwa pekerjanya tahu halal itu apa, peralatannya seperti apa, dan banyak hal. Jadi, memang agak mahal di sektor ini karena harus dipastikan semua aspek mendukung itu (halal),” kata dia.
Pemerintah tengah menggodok pembentukan kawasan industri halal dengan menyiapkan konsultasi publik. Dalam pembahasan tersebut diketahui, pemerintah tengah merancang skema insentif bagi para pelaku dan pengelola kawasan industri halal.