REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tak memungkiri adanya potensi kenaikan harga BBM pada tahun depan. Hal itu sejalan dengan prediksi sejumlah ekonom yang menyebut kenaikan harga akan terjadi setelah pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
"Jadi, kalau soal harga BBM, ya nanti lah. Ini kan, paling juga setelah pertengahan tahun naik," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (30/11).
Apabila harga BBM terutama yang bersubsidi naik, diperkirakan akan terjadi lonjakan inflasi. Darmin menyebut, pemerintah pun akan mencoba mengendalikannya dengan menekan inflasi dari kelompok harga pangan bergejolak.
"Inflasi kita sumbernya selalu volatile food atau administered prices (harga diatur pemerintah). Soal yang Anda sebut tadi (BBM) itu administered prices. Jadi, harus dikendalikan di volatile food-nya," kata Darmin.
Dia mengatakan, untuk menjaga inflasi harga pangan tetap rendah, pemerintah akan terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan.
Sebelumnya, ekonom senior Faisal Basri memproyeksi akan terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi pada 2019. Hal itu pun akan memicu inflasi melonjak hingga mencapai 5 persen.
"Laju inflasi akan tinggi tahun depan karena penyesuaian harga BBM dan tarif listrik," kata Faisal dalam paparan Proyeksi Ekonomi Indonesia 2019 yang digelar Indef di Jakarta, pada Rabu (28/11).
Faisal menjelaskan, tingkat inflasi tahun ini yang berkisar di level 3 persen adalah kondisi semu. Menurutnya, saat ini pemerintah berupaya menahan kenaikan harga dengan menugaskan Pertamina dan PLN.
Akan tetapi, kata Faisal, dua perusahaan pelat merah itu tidak bisa terus menerus menahan beban penugasan tersebut lantaran kenaikan harga minyak dunia. "Kalau tidak, ya Pertamina akan lunglai dan PLN semaput," kata Faisal.
Dia mengatakan, penyesuaian harga tersebut baru akan terjadi setelah kontestasi Pemilihan Presiden 2019 usai. Jika pasangan pejawat Joko Widodo dan Ma'ruf Amin menjadi pemenang, dia memprediksi kenaikan harga akan terjadi lebih cepat yakni pada Mei atau Juni 2019.
"Kalau yang menang pasangan nomor dua (Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno) penyesuainnya cenderung di akhir tahun," kata Faisal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi hingga Oktober 2018 adalah 3,16 persen (yoy). Angka itu masih berada di bawah target inflasi pemerintah tahun ini yang sebesar 3,5 persen.