Senin 10 Sep 2018 20:06 WIB

Rupiah Tertekan, OJK Pastikan Industri Keuangan Terjaga

Penghimpunan dana industri jasa keuangan masih terus tumbuh sekitar 6,8 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas menghitung pecahan dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta,Ahad (2/9).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung pecahan dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta,Ahad (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan industri jasa keuangan masih terjaga meski saat ini rupiah masih terus tertekan. Juru bicara OJK Sekar Putih Djarot mengatakan perkembangan industri jasa keuangan hingga saat ini masih berjalan dengan baik.

“Yang pasti industri jasa keuangan masih terjaga dan aman. Ini terlihat sebenarnya dari indikator pada Juli 2018 yang masih terlihat ada pergerakan secara positif,” kata Sekar dalam diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Senin (10/9).

Sekar menjelaskan salah satu yang terlihat yaitu dari sisi penghimpunan dana di industri jasa keuangan. Menurut Sekar, penghimpunan dana masih terus tumbuh sekitar 6,8 persen sehingga kondisinya masih terjaga.

Dia menjelaskan, pada dasarnya seluruh pihak jasa keuangan sudah bisa dipastikan mendukung  pemerintah dalam sejumlah program ekonomi yang sedang dijalankan untuk menghdapai pelemahan rupiah saat ini. Salah satu yang dilakukan yaitu pembiayaan dalam transaksi ekspor.

Untuk itu, Sekar mengharapkan koordinasi terus ditingkatkan, khususnya antara pihak pemerintah dan Bank Indonesia (BI). “Sehingga, industri hingga saat ini masih dalam keadaan terjaga. Sejauh ini kami mengapresiasi kebijakan pemerintah yang telah melakukan intervensi kepada pasar,” kata Sekar.

OJK sebelumnya juga memastikan hingga saat ini perbankan masih dalam kondisi aman. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa waktu terakhir merupakan kondisi yang masih wajar mengingat Indonesia yang terbiasa volatile.

Dia menjelasakan strategi yang paling tepat saat ini adalah memperkuat koordinasi antarpemangku kepentingan sebagaimana juga arahan yang disampaikan Presiden Jokowi Widodo. "Koordinasi yang lebih bagus, ngomong kepada publik, supaya masyarakat tidak khawatir. Kan semua punya perencanaan yang bagus. Nanti kita akan bersama-sama dengan Menteri Keuangan dan Gubernur BI untuk melakukan komunikasi publik,” kata Wimboh, Selasa (4/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement