Rabu 20 Aug 2025 15:28 WIB

BI Yakin Ekonomi Semester II Menguat, Ini Faktor Pendorongnya

Permintaan domestik diprediksi meningkat.

Pengunjung berbelanja di Mal Kuningan City, Jakarta, Kamis (14/8/2025). BI memprediksi ekonomi semester II menguat.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung berbelanja di Mal Kuningan City, Jakarta, Kamis (14/8/2025). BI memprediksi ekonomi semester II menguat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memproyeksikan perekonomian Indonesia akan menguat pada paruh kedua 2025. Kinerja ekspor yang stabil dan meningkatnya permintaan domestik dinilai menjadi pendorong utama, bersamaan dengan ekspansi belanja pemerintah.

“Pada semester II 2025, pertumbuhan ekonomi diprakirakan membaik, didorong oleh tetap positifnya kinerja ekspor dan meningkatnya permintaan domestik,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (20/8/2025).

Baca Juga

Pada kuartal II 2025, ekonomi nasional tumbuh 5,12 persen (yoy), meningkat dari 4,87 persen pada kuartal sebelumnya.

Pertumbuhan ini ditopang oleh investasi yang meningkat dan konsumsi rumah tangga seiring mobilitas masyarakat yang lebih tinggi.

Ekspor barang dan jasa juga mencatat peningkatan berkat front loading ekspor ke Amerika Serikat serta naiknya kunjungan wisatawan mancanegara. Hampir seluruh sektor usaha mengalami perbaikan, terutama industri pengolahan, perdagangan, serta informasi dan komunikasi.

Secara wilayah, pertumbuhan ekonomi meningkat di seluruh Indonesia, dengan Jawa sebagai penyumbang tertinggi. Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 akan berada di atas titik tengah kisaran 4,6–5,4 persen.

Perry menegaskan BI dan pemerintah akan terus memperkuat sinergi dan koordinasi untuk menjaga momentum pertumbuhan. Belanja pemerintah dan program prioritas nasional diharapkan mampu menjadi penggerak utama permintaan domestik.

Dari sisi kebijakan, BI akan mengoptimalkan bauran moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk mendorong pertumbuhan, menjaga inflasi tetap rendah, serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement