Kamis 14 Aug 2025 16:55 WIB

Rupiah Menguat Jelang Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo

Terdapat beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah.

Rep: Eva Rianti/ Red: Satria K Yudha
Karyawan menghitung uang dolar AS di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menghitung uang dolar AS di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar mata uang rupiah menguat cukup signifikan pada perdagangan Kamis (14/8/2025). Penguatan Rupiah hari ini terjadi menjelang momen pidato kenegaraan dan nota keuangan yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat (15/8/2025). 

Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 87 poin atau 0,54 persen menuju level Rp 16.115 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (14/8/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp 16.201 per dolar AS. 

Baca Juga

“Pasar menunggu pidato kenegaraan presiden Prabowo Subianto, termasuk Nota Keuangan dan RUU APBN 2026, baru akan disampaikan secara resmi besok Jumat (15/8/2025). Seluruh pihak untuk bersabar dan menghormati disiplin waktu penyampaian,” kata Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Kamis (14/8/2025). 

Besok, pidato Presiden akan memberi gambaran jelas mengenai postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan program prioritas Pemerintah tahun depan. Prabowo dijadwalkan menyampaikan dua pidato kenegaraan pada peringatan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI pada Jumat di Gedung MPR dan DPR RI, Senayan Jakarta.

Pidato pertama dijadwalkan berlangsung pukul 09.00 WIB di hadapan MPR seputar laporan hasil kinerja pemerintah yang sudah berjalan hampir 300 hari atau hampir 10 bulan. Pidato kenegaraan kedua akan digelar pukul 14.30 WIB di hadapan Rapat Paripurna DPR RI. Presiden dijadwalkan menyampaikan pengantar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2026.

Sementara itu, dari luar negeri, Ibrahim berpendapat ada beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini. Mulai dari data inflasi Amerika Serikat (AS) kaitannya dengan kebijakan suku bunga The Federal Reserve hingga dinamika geopolitik Rusia-Ukraina.

“Data inflasi AS terbaru memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan moneternya di bulan September. Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS terbaru menunjukkan bahwa inflasi utama bulanan di bulan Juli meningkat sesuai dengan yang perkiraan  sementara tingkat inflasi tahunan sedikit menurun di bawah ekspektasi,” kata Ibrahim. 

Ibrahim menyebut, perkembangan yang lebih menonjol terjadi pada IHK inti, yang mengecualikan pangan dan energi. Kenaikan bulanan dan tahunannya sedikit di atas proyeksi, menggarisbawahi tekanan inflasi yang masih terjadi. 

“Namun meskipun hasilnya beragam, pasar optimistis karena laporan tersebut memberikan bukti hanya sedikit lonjakan harga konsumen yang terjadi akibat tarif impor baru Presiden Trump yang baru-baru ini diumumkan,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement