Selasa 19 Aug 2025 16:53 WIB

Rupiah Melemah, Tertekan Rencana Pemerintah Tarik Utang Baru

Rupiah ditutup melemah 47,5 poin atau 0,29 persen ke level Rp 16.245,5 per dolar AS.

Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing PT Valuta Inti Prima di Cikini, Jakarta, Selasa (21/11/2023). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bergerak menguat di pasar spot pada Selasa (21/11/2023). Melansir data Bloomberg, pukul 09.10 WIB rupiah berada pada level Rp 15.410 per dollar AS, atau naik 36 poin (0,23 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.446 per dollar AS. Namun kondisi tersebut masih fluktuatif seiring dengan situasi global.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing PT Valuta Inti Prima di Cikini, Jakarta, Selasa (21/11/2023). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bergerak menguat di pasar spot pada Selasa (21/11/2023). Melansir data Bloomberg, pukul 09.10 WIB rupiah berada pada level Rp 15.410 per dollar AS, atau naik 36 poin (0,23 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.446 per dollar AS. Namun kondisi tersebut masih fluktuatif seiring dengan situasi global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (19/8/2025). Pengamat menilai, pelemahan ini salah satunya dipengaruhi sentimen rencana pemerintah menarik utang baru sebesar Rp 781 triliun pada tahun depan.

Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup melemah 47,5 poin atau 0,29 persen ke level Rp 16.245,5 per dolar AS. Sehari sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp 16.198 per dolar AS.

Baca Juga

“Pemerintah berencana menarik utang baru senilai Rp 781,87 triliun pada 2026. Hal ini tercantum dalam Buku II Nota Keuangan RAPBN 2026, yang menyebut pembiayaan utang akan dipenuhi melalui penerbitan SBN dan penarikan pinjaman,” ujar pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, Selasa (19/8/2025).

Dalam RAPBN 2026, pembiayaan utang dari SBN mencapai Rp 749,19 triliun atau naik dibanding outlook 2025. Sementara pembiayaan pinjaman (neto) sebesar Rp 32,67 triliun, turun 74,9 persen dibanding outlook 2025.

Selain faktor APBN, pelemahan rupiah juga dipengaruhi sentimen jelang keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Rabu (20/8/2025). “Konsensus pasar memperkirakan BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25 persen,” jelas Ibrahim.

Sentimen Eksternal

Dari luar negeri, pergerakan rupiah turut dipengaruhi ketidakpastian geopolitik dan kebijakan The Fed. Pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Gedung Putih, Senin (18/8/2025), memberi sinyal peluang negosiasi damai, meski belum ada kesepakatan konkret dengan Rusia.

Selain itu, pasar masih mencermati ancaman tarif tambahan 25 persen yang akan dikenakan AS kepada India atas impor minyak Rusia mulai 27 Agustus. “Risalah rapat FOMC dan pidato Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole pada Jumat pekan ini juga akan menjadi perhatian utama,” tambah Ibrahim.

Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah masih akan melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Rabu (20/8/2025). “Rupiah berpotensi bergerak fluktuatif namun ditutup di rentang Rp 16.240–Rp 16.300 per dolar AS,” ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement