Kamis 05 Jul 2018 17:05 WIB

Pemerintah akan Kurangi Impor Bahan Baku

Pengurangan impor bahan baku untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).
Foto: bea cukai
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah tengah menyusun roadmap alias peta jalan mengenai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, peta jalan itu akan memuat langkah-langkah yang harus dilakukan industri supaya dapat mengurangi ketergantungannya terhadap bahan baku impor.

“Tujuannya untuk mengurangi impor, menghemat devisa, agar rupiah stabil,” ujarnya, saat mengunjungi pabrik PT Ferron Par Pharmaceuticals di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Kamis (5/7).

Untuk mendorong agar industri mau memaksimalkan pemanfaatan bahan baku lokal, Airlangga mengatakan, pemerintah akan memberikan insentif pajak. Insentif itu bakal diberikan pada industri yang melakukan kegiatan riset pengembangan bahan lokal yang dapat mensubstitusi bahan baku impor.

Menurut Airlangga, pembahasan mengenai peta jalan TKDN hingga saat ini masih berlangsung di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Harris Munandar mengatakan, salah satu industri yang struktur impornya masih tinggi adalah industri farmasi. Sekitar 90 persen bahan baku industri farmasi masih diimpor.

Presiden Direktur PT Ferron Par Pharmaceuticals Ferry Soetikno, salah satu pelaku indutri farmasi, menyebut konsumsi obat terus bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia. Namun, banyak bahan baku obat yang belum bisa diproduksi di dalam negeri.

Menurut Ferry, melalui pusat riset yang dimiliki PT Ferron, pihaknya secara bertahap berupaya mengurangi penggunaan bahan baku impor. Di pusat riset itu, tim peneliti mengembangkan pemanfaan bahan lokal dan bahan herbal sebagai bahan baku obat. “Ada satu teknologi di mana obat ini untuk injeksi bisa diproduksi sendiri. Ini bagus sehingga kita bisa mengurangi impor,” kata dia.

Namun begitu, Ferry mengatakan, dibutuhkan tahapan riset yang panjang bagi industri farmasi dalam mengembangkan pemanfaatan bahan lokal. Karena itu, ia menyebut, pelaku industri menantikan janji pemerintah mengenai insentif untuk kegiatan riset. “Riset ini dananya banyak. Saya kira insentif untuk kegiatan riset sangat dibutuhkan."

Di tengah tren pelemahan rupiah terhadap dolar AS saat ini, Ferry tak memungkiri bahwa industri sedang tertekan. Melemahnya nilai tukar rupiah jelas memberikan dampak signifikan terhadap industri farmasi yang masih menggunakan bahan baku impor.

Ferry menyebut, pengusaha harus meningkatkan efisiensi agar tidak merugi. Namun begitu, sejauh ini, ia belum berencana melakukan penyesuaian harga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement