Kamis 24 Apr 2025 13:04 WIB

Rupiah Melemah, Ini Strategi Unilever

Unilever menghadapi dua bentuk dampak pelemahan rupiah terhadap perusahaan.

Pemandangan umum menunjukkan seorang pekerja berjalan di belakang gerbang tertutup pabrik Unilever di Casalpusterlengo, dekat Lodi, Italia utara, 21 Februari 2020.
Foto: EPA
Pemandangan umum menunjukkan seorang pekerja berjalan di belakang gerbang tertutup pabrik Unilever di Casalpusterlengo, dekat Lodi, Italia utara, 21 Februari 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menerapkan beberapa strategi bisnis dalam menghadapi tekanan nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Perseroan mengandalkan strategi lindung nilai (hedging), pemanfaatan ekspor sebagai bentuk lindung nilai alami (natural hedge), serta kerja sama kontraktual dengan pemasok, agar mendapatkan kepastian dalam aspek biaya. Selain itu, perusahaan juga menjalankan program efisiensi biaya serta penyesuaian harga produk pada tingkat merek dan kategori tertentu.

"Dampak dari fluktuasi nilai tukar tidak pernah bisa dihilangkan sepenuhnya, dan kuncinya adalah mengelola waktu serta biaya dengan cara yang bijak. Beberapa strategi yang kami terapkan baik itu hedging, kerja sama kontraktual, ekspor, maupun natural hedge merupakan langkah-langkah yang kami jalankan untuk menghadapi tantangan tersebut." ujar Direktur Keuangan Unilever Indonesia Neeraj Lal dalam paparan kinerja keuangan kuartal I 2025, di Jakarta, Kamis (24/3/2025).

Baca Juga

Neeraj mengungkapkan bahwa perusahaan menghadapi dua bentuk dampak dari pelemahan nilai tukar, yakni eksposur langsung dari impor bahan baku, serta eksposur tidak langsung dari harga komoditas dan bahan kemasan.

"Dampak langsung yang kami alami relatif kecil, sementara dampak yang lebih besar justru berasal dari eksposur tidak langsung dalam bisnis kami," ujarnya pula.

Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap menambahkan, progres penerapan strategi mitigasi sejauh ini tercermin dalam kinerja marjin kotor (gross margin) Perseroan yang mengalami peningkatan menjadi 48,2 persen pada kuartal I 2025, naik dari 44,5 persen pada kuartal sebelumnya, dan 45,5 persen pada kuartal III 2024.

Menurutnya, kenaikan ini menandakan keberhasilan kombinasi strategi efisiensi dan penyesuaian harga dalam menjaga profitabilitas perusahaan di tengah gejolak perekonomian global.

Sebagaimana diketahui, pelemahan rupiah tercatat mencapai Rp 16.882 per dolar AS pada Kamis (24/4), seiring pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menenangkan pasar terkait kepemimpinan The Fed dan peluang pelonggaran tarif terhadap China.

Adapun Unilever Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,2 triliun pada kuartal I 2025, terkoreksi 14,6 persen (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Meski demikian, laba bersih Perseroan meningkat signifikan sebesar 244,7 persen (qtq) dibandingkan kuartal IV 2024.

Dalam laporan kinerja keuangannya, Unilever Indonesia membukukan penjualan bersih sebesar Rp 9,5 triliun, dengan penjualan domestik tumbuh 21,6 persen dibandingkan kuartal IV 2024, meski masih terkoreksi 6,6 persen secara tahunan.

Marjin laba sebelum pajak juga menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 1.054 basis poin dibandingkan kuartal sebelumnya, mencapai 16,8 persen.

Marjin kotor naik menjadi 48,2 persen, sementara porsi belanja iklan dan promosi meningkat menjadi 9,2 persen dari total penjualan bersih.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement