Kamis 24 Apr 2025 16:04 WIB

Rupiah Tertekan Proyeksi IMF Soal Pertumbuhan Ekonomi yang Hanya 4,7 Persen

Rupiah melemah 1 poin atau 0,01 persen menuju level Rp 16.872,5 per dolar AS.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Kamis (24/4/2025).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Kamis (24/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Kamis (24/4/2025). Pengamat menilai, pelemahan Mata Uang Garuda terjadi diantaranya karena proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih rendah.

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 1 poin atau 0,01 persen menuju level Rp 16.872,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (24/4/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.871,5 per dolar AS. 

Baca Juga

Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi berpendapat, sentimen internal yang menyebabkan rupiah loyo diantaranya adalah karena proyeksi Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,7 persen pada tahun ini dan tahun depan. 

“IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7 persen pada 2025 dan 2026. Angka ini menurun dari proyeksi pada Januari 2025 yaitu sebesar 5,1 persen,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (24/4/2025). 

Proyeksi IMF tersebut tertuang dalam Laporan World Economic Outlook edisi April 2025 yang menganalisa dampak penyesuaian tarif Amerika Serikat (AS). Angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berbeda jauh dari negara Asia berkembang lainnya. 

Malaysia, misalnya, diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen pada 2025 dan 3,8 persen pada 2026. Kemudian Vietnam diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 5,2 persen pada 2025 dan 4,0 persen pada 2026. Sementara itu, ekonomi China diprediksi tumbuh sebesar 4 persen pada 2025 dan 2026. 

“Tidak hanya Indonesia, penerapan tarif resiprokal AS juga berdampak secara global. Pertumbuhan ekonomi global pada 2025 diprediksi turun menjadi 2,8 persen dari proyeksi Januari 2025 yaitu 3,3 persen,” terangnya. 

Ibrahim melanjutkan, selain peningkatan tarif, meningkatnya ketidakpastian kebijakan juga memiliki peran besar dalam proyeksi ekonomi. Jika terus berlanjut, meningkatnya tensi perdagangan dan ketidakpastian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5 persen. Sampai dengan kuartal I/2025 ekonomi tergolong bagus. Tapi ke depan, dinamika-dinamika itu perlu diantisipasi lebih baik. Oleh karena itu, BI berkomitmen memperkuat dan menyempurnakan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement