Sabtu 02 Aug 2025 17:46 WIB

Rupiah Tertekan ke Level Rp 16.513, Imbas Serangan Kebijakan Tarif AS

Data ketenagakerjaan AS juga memengaruhi fluktuasi rupiah.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing PT Valuta Inti Prima di Cikini, Jakarta, Selasa (21/11/2023). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bergerak menguat di pasar spot pada Selasa (21/11/2023). Melansir data Bloomberg, pukul 09.10 WIB rupiah berada pada level Rp 15.410 per dollar AS, atau naik 36 poin (0,23 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.446 per dollar AS. Namun kondisi tersebut masih fluktuatif seiring dengan situasi global.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing PT Valuta Inti Prima di Cikini, Jakarta, Selasa (21/11/2023). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bergerak menguat di pasar spot pada Selasa (21/11/2023). Melansir data Bloomberg, pukul 09.10 WIB rupiah berada pada level Rp 15.410 per dollar AS, atau naik 36 poin (0,23 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.446 per dollar AS. Namun kondisi tersebut masih fluktuatif seiring dengan situasi global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar mata uang rupiah tertekan pada akhir perdagangan pekan ini, Jumat (1/8/2025) hingga tembus ke level Rp 16.500 per dolar AS. Pengamat menilai ada sejumlah sentimen yang menekan rupiah, mulai dari serangan kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) yang mulai berlaku hingga data manufaktur Indonesia yang kembali terkontraksi.

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 57 poin atau 0,35 persen menjadi Rp 16.513 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (1/8/2025). Pada perdagangan sebelumnya, Mata Uang Garuda berada di level Rp 16.456 per dolar AS. 

Baca Juga

Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, beberapa sentimen eksternal yang memengaruhi pergerakan rupiah yakni kebijakan tarif AS dan data ketenagakerjaan AS.

“Trump pada Kamis malam menandatangani perintah yang menguraikan tarif terhadap sejumlah mitra dagang utama AS, dengan bea masuk berkisar antara 10 persen hingga 50 persen. Meskipun Washington mencapai kesepakatan perdagangan dengan beberapa negara, termasuk Inggris, Jepang, dan Korea Selatan,” kata Ibrahim dalam keterangannya, dikutip Sabtu (2/8/2025).

Ibrahim menyebut, Washington terlihat mengusulkan tarif yang tinggi kepada mitra dagang lainnya, termasuk pungutan sebesar 35 persen terhadap Kanada, efektif mulai 1 Agustus 2025. Sementara terhadap Meksiko, Trump memperpanjang batas waktu tarif Meksiko saat ini selama 90 hari untuk memberikan lebih banyak waktu bagi negosiasi perdagangan.

Kemudian, ancaman sanksi AS lebih ketat terhadap minyak Rusia, setelah Washington mengancam akan mengenakan tarif hingga 100 persen kepada pembeli minyak terbesar Rusia, China dan India,  sementara juga mengenakan tarif sebesar 25 persen kepada India atas hubungannya dengan Moskow.

Selain sentimen tersebut, data ketenagakerjaan AS juga memengaruhi fluktuasi rupiah. “Fokus pasar hari ini adalah data ketenagakerjaan utama AS untuk bulan Juli. Perekonomian AS diproyeksikan menambah 110 ribu lapangan kerja pada bulan Juli, sementara tingkat pengangguran diperkirakan akan naik menjadi 4,2 persen dari 4,1 persen selama periode yang sama,” terangnya. 

Selain data Nonfarm Payroll (NFP), lanjut Ibrahim, pasar juga akan mengamati rilis PMI Manufaktur ISM dan indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM) final. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement